Selasa, 30 April 2013

Cara Cek Tempat Uji Kompetensi (TUK) Guru Tahun 2013

Pada beberapa waktu yang lalu blog PTK telah mempublikasikan beberapa artikel tentang Sertifikasi Guru tahun 2013 dan Uji Kompetensi Awal / Uji Kompetensi Guru tahun 2013. Kali ini kami berikan informasi terbaru tentang Cara Cek Tempat Uji Kompetensi (TUK) Guru Tahun 2013. Yuk disimak.

Bila anda guru belum bersertifikat pendidik (belum memperoleh SK Tunjangan Profesi yang lazim disebut Tunjangan Sertifikasi Guru, maka tentu anda sudah melakukan cek validasi daftar calon peserta sertifikasi guru tahun 2013 – 2015 yang wajib mengikuti Uji Kompetensi Awal / Uji Kompetensi Guru tahun 2013. Nah, bila data anda sudah terverifikasi, maka sekarang anda dimungkinkan untuk cek di mana TUK (Tempat Uji Kompetensi Awal / Guru 2013) anda.

Langkah-Langkah Cara Cek TUK (Tempat Uji Kompetensi) Tahun 2013
  • Buka halaman Info Sertifikasi Guru Tahun 2013 di alamat berikut http://sergur.kemdiknas.go.id/sg13/
  • Anda akan melihat tampilan berikut: 
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013
  • Klik kiri tombol PENCARIAN yang bergambar kaca pembesar (lup) yang terdapat di kanan atas halaman.
  • Selanjutnya akan terbuka sebuah FORM di bagian atas sebelah kiri halaman situs tempat pengisian NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) anda. Isikan 16 digit NUPTK anda di kotak tersebut. Lihat gambar berikut: 
    Cek TUK 2013 dan Verifikasi Data Sertifikasi Guru 2013
    Cek TUK 2013 dan Verifikasi Data Sertifikasi Guru 2013, Isikan Form input NUPTK
  • Klik kiri tombol PENCARIAN yang bergambar kaca pembesar (lup) yang terdapat di samping kanan kotak isian NUPTK. Lihat gambar berikut. 
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013 search
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013
  • Tunggu beberapa saat. Bila halaman situs terbuka dan data anda memang sudah diverifikasi, maka akan muncul data anda lengkap dengan TUK (Tempat Uji Kompetensi) anda akan dilaksanakan. Perhatikan gambar berikut. 
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013 hasil verifikasi data
    Situs Cek TUK 2013 dan Info Sertifikasi Guru Tahun 2013
  • Pastikan semua data anda benar, meliputi NUPTK, Nama lengkap, Jenis kelamin, Tempat tanggal lahir, Status PNS, NIP, Golongan, Masa Kerja, Tugas tambahan, Beban kerja, Pendidikan terakhir, Tahun lulus, Jenjang pendidikan tempat tugas, Mata pelajaran/guru kelas, Nama sekolah / instansi tempat tugas, Alamat, dan BIDANG SERTIFIKASI yang telah dipilih.
Baca juga:
Latihan Soal Uji Kompetensi 2013 Online dan Offline
Guru TIK SMP bisa ikut Uji Kompetensi tahun 2013
Download Kisi-Kisi Soal Uji Kompetensi tahun 2013 Lengkap

Selamat melakukan cek lokasi TUK (Tempat Uji Kompetensi) tahun 2013 untuk langkah awal anda mengikuti PLPG dalam rangka memperoleh Sertifikat Pendidikan dan Tunjangan Profesi (Sertifikasi) Guru.
Baca Selengkapnya

Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Beberapa waktu yang lalu kita telah menayangkan artikel tentang: (1) Mengenal Model Pembelajaran Langsung; (2) Alasan Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran Langsung; dan (3) Perencanaan Model Pembelajaran Langsung. Melanjutkan seri tulisan tentang model pembelajaran langsung (pengajaran langsung/direct instruction) ini, maka blog Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Model-Model Pembelajaran pada kesempatan ini akan membahas tentang Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) secara lebih terperinci.

Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Seperti yang telah diuraikan secara singkat pada artikel Mengenal Model Pembelajaran Langsung, sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan

Nah, kelima fase atau langkah ini akan dibahas secara mendetail pada uraian di bawah ini.

1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa

Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap guru.

Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

Bila siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan mencoba membuat hubungan-hubungan materi pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan demikian, siswa akan berupaya untuk belajar dengan giat. Dengan mengetahui apa yang akan dipelajari juga menolong siswa dalam menarik kembali pengetahuan awal (bekal awal) yang telah mereka miliki dari sistem memori jangka panjang (long-term memory), di mana nantinya bekal awal ini akan dipadukan dengan informasi dan hasil pengamatan yang diperoleh dari presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran.

Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lugas dan jelas, guru dapat mengkomunikasikan tujuan tersebut di papan tulis, menjelaskan tahap-tahap kegiatan belajar yang akan dilakukan, serta materi pembelajaran yang akan dipelajari. Bahkan lebih bagus lagi apabila guru menjelaskan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap tahap kegiatan belajar. Melalui penjelasan guru inilah diharapkan siswa akan memiliki gambaran umum tentang kegiatan belajar yang akan mereka ikuti, hingga tahap-tahap dan hubungan antar tahap-tahap kegiatan belajar.

Guru dapat menulis, menempel di papan tulis, atau menyajikan slide dengan power point singkat seperti contoh berikut:

Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat memfokuskan lensa mikroskop untuk melakukan pengamatan sel-sel tumbuhan

Kegiatan dan Alokasi Waktu:
  • Pendahuluan, preview, penyampaian tujuan pembelajaran (3 menit)
  • Rasional Pembelajaran (2 menit)
  • Demonstrasi oleh guru tentang cara memfokuskan lensa mikroskop dan tanya jawab (10 menit)
  • Latihan memfokuskan lensa mikroskop oleh siswa dalam kelompok praktikum masing-masing (20 menit)
  • Kesimpulan/Rangkuman (3menit)
  • Tugas Rumah / PR untuk pertemuan berikutnya (2 menit)

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran

Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.
Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas

Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini. Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan mempresentasikan informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.

Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi  dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.

Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.

Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat kompleks.

3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan

Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.

4) Cek pemahaman siswa

Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemontrasikan Keterampilan

Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui proses mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan gagal).

Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi.

1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar

Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction) berhasil dilakukan guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara urut dan logis. Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi

Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak penelitian membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan demonstrasi.

3. Membimbing Pelatihan

Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a.  Latihan Singkat Tapi Utuh

Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai

Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya, ketika siswa belajar menggunakan mikroskop untuk melakukan pengamatan objek-objek berukuran kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana memfokuskan lensa mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.

c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed Practice)

Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice). Misalnya, keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting

Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.

4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik

Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan

Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.

Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran

Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa

Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang tua membantu menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan

Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.


Demikian artikel tentang Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari blog PTK dan Model Pembelajaran, semoga berguna bagi kita semua.
Baca Selengkapnya

Senin, 29 April 2013

Alasan-Alasan Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran Langsung

Mengapa banyak ahli psikologi pendidikan merekomendasikan penggunaan (implementasi) model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelas? Nah, kali ini, setelah dua tulisan sebelumnya yang juga membahas mengenai model pembelajaran langsung: (1) Mengenal Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction); dan (2) Perencanaan Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), maka kali ini blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran akan mengupas alasan-alasan mengapa guru dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran langsung di kelas.

1. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction Pada Tahap Perencanaannya Menggunakan Analisis Tugas (Task Analysis) yang Merupakan Perwujudan dari Analisis Sistem (System Analysis)


Kita sudah membahas analisis tugas (task analysis) dan bagaimana melakukannya pada artikel Perencanaan Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) sebelumnya. Lalu apa analisis sistem (system analysis) itu? Analisis sistem adalah suatu teknik yang mempelajari bagaimana cara menguraikan bagian-bagian dari sesuatu yang utuh, sehingga bagian-bagian itu dapat diajarkan melalui langkah-langkah yang jauh lebih pendek. Analisis sistem merupakan landasan teori mengapa model pembelajaran langsung disarankan untuk digunakan dalam sebuah pembelajaran di kelas.

Sejatinya, analisis sistem berawal dari bermacam bidang pengetahuan, yang telah mempengaruhi pola berpikir saat melaksanakan berbagai penelitian dan pengembangan. Beberapa bidang yang sering menggunakan analisis sistem adalah bidang biologi,  proses belajar, teori organisasi, dan teori sosial. Dalam melakukan analisis sistem, dipelajari hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan yang terdapat antar komponen-komponen bagian yang saling bergantung yang telah menyusun suatu kesatuan. Pada bidang biologi kita mengenal sistem yang disebut ekosistem, terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (makhluk tak hidup). Komponen biotik dan abiotik menyusun ekosistem dan saling bergantung satu sama lain. Contoh sistem yang lain misalnya perdagangan internasional.
Alasan-Alasan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (direct instruction)
Alasan-Alasan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung
Secara khusus dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di kelas-kelas, analisis sistem mengkaji bagaimana organisasi pengetahuan dan keterampilan, kemudian bagaimana sebuah keterampilan kompleks diuraikan menjadi komponen-komponen bagian yang lebih sederhana sehingga memudahkan guru dan siswa untuk mengajarkan/mempelajari komponen-komponen bagian keterampilan kompleks tersebut secara urut dan logis. Penerapan analisis sistem saat melakukan perencanaan pembelajaran langsung disebut sebagai analisis tugas (task analysis).

Pada buku yang berjudul Principles of Instructional Design yang diterbitkan tahun 1987 oleh Holt, Rinehart & Winston – New York, ahli psikologi pendidikan Gane dan Briggs menyatakan bahwa sebuah pembelajaran yang telah dirancang dengan sistem yang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan individu.

2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Didasarkan pada Teori Pemodelan Tingkah Laku (Teori Belajar Sosial)

Albert Bandura (1977) dalam buku Social Learning Theory yang diterbitkan oleh Englewood Cliffs – Prentice Hall, telah mengemukakan gagasan yang sangat logis: “proses belajar akan sangat menguras energi dan waktu, bahkan berbahaya, bilamana manusia harus menggantungkan diri mereka sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri (menemukan sendiri). Untung saja, sebagian besar tingkah laku seseorang dapat diperoleh/dipelajari melalui pengamatan (observasi), lalu dilakukan pemodelan (peniruan) terhadap tingkah laku orang lain, kemudian orang yang belajar tersebut akan dapat membentuk pemahamannya sendiri tentang bagaimana melakukan tingkah laku baru yang ditirunya itu. Oleh sebab pebelajar (orang yang belajar) dapat belajar dari contoh (model) yang ditirunya, paling tidak dalam bentuk yang mendekati atau mirip sebelum mereka melakukan tingkah laku (kegiatan) tertentu yang sifatnya baru bagi mereka, maka pebelajar dapat terhindar dari melakukan kekeliruan-kekeliruan yang tidak perlu.

Para ahli psikologi pendidikan penganut Teori Pemodelan Tingkah Laku meyakini bahwa suatu tingkah laku dipelajari apabila pebelajar (pengamat)  memperhatikan dengan sadar tingkah laku yang ingin dipelajarinya. Misalnya, jika anda sedang makan mie bersama seseorang yang menggunakan sumpit sebagai alat makan, dan anda tidak pernah menggunakan sumpit sebelumnya, maka anda akan memperhatikan dengan sadar dan sungguh-sungguh bagaimana orang tersebut memegang sumpit di sela-sela jarinya, lalu memperhatikan bagaimana ia mulai mencapit helaian-helaian mie dengan ujung sumpit. Saat melakukan pengamatan secara sadar itu, anda akan menyimpan cara menggunakan sumpit itu di ingatan jangka panjang (long-term memory). Saat itu anda belum melakukan tingkah laku yang diamati itu (memegang sumpit dan mencapit mie), oleh sebab itu belum ada konsekuensi secara tingkah laku (reinforcement), yang diperlukan sebagai langkah selanjutnya agar proses belajar makan mie dengan sumpit dapat terjadi.

Teori belajar sosial atau teori belajar pemodelan tingkah laku ini dianggap sebagai penyumbang terbesar landasan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelas. 

Ada 3 (tiga) tahap pemodelan tingkah laku menurut Bandura, yaitu: (a) perhatian atau atensi; (b) retensi; dan (c) produksi.

a. Tahap Atensi atau Perhatian

Berdasarkan hasil penelitian, pengamat (pebelajar) akan dapat memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku itu dapat diamati dengan jelas dan tidak terlalu kompleks. Di sinilah peranan analisis tugas (task analysis) letaknya. Guru yang menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya harus dapat:

(1) Memperoleh Perhatian Siswa.

Untuk memperoleh perhatian atau atensi awal dari siswa, guru dapat menggunakan isyarat-isyarat seperti tepuk tangan, benda-benda aneh dan atau menarik. Selanjutnya, guru dapat pula mengarahkan perhatian saat berbicara tentang pokok-pokok penting yang sedang dibicarakannya dengan mengatakan ”lihatlah ke arah saya, perhatikan baik-baik” dan sebagainya.

(2) Memudahkan Pengamatan Siswa

Suatu tingkah laku yang kompleks akan sulit diamati siswa walaupun telah dimodelkan dengan amat baik. Karena itu, guru perlu melakukan analisis tugas (task analysis). Misalnya saat mengajarkan bagaimana melakukan dribble dalam permainan basket (sebuah keterampilan yang cukup kompleks), maka guru dapat mengajarkan per komponen, misalnya bagaimana cara menyentuh atau memegang bola pada saat melakukan dribble, bagaimana posisi badan, bagaimana posisi kaki dan langkah-langkah kaki, bagaimana arah pandangan mata, dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga keterampilan itu lebih mudah diamati untuk ditiru. Memperkenalkan melulu keseluruhan keterampilan yang kompleks, tanpa melakukan analisis tugas,  dapat memberatkan kemampuan dan kapasitas perhatian siswa dan mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan.

b. Retensi

Retensi (ingatan) terhadap sebuah perilaku yang teramati dapat dimantapkan bila saja pengamat (pebelajar) mampu  membuat hubungan pengamatannya tadi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Untuk melakukan ini, guru yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya dapat:

(1) Memberikan Kaitan Keterampilan Baru yang akan Dipelajari dengan Pengetahuan (Bekal) Awal Siswa

Untuk melakukan pengaitan keterampilan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan (bekal) awal siswa, misalnya terkait pembelajaran melakukan dribble pada permainan bola basket, guru dapat meminta siswa mengingat-ingat kembali bagaimana bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus dilakukannya saat melakukan shoot ke ring (bila sudah diajarkan).

(2) Meyakinkan Bahwa Telah Terbentuk Retensi Jangka Panjang

Untuk meyakinkan bahwa telah terbentuk retensi jangka panjang pada diri siswa, guru bisa memberikan pelatihan lanjutan, sehingga siswa mempunyai kesempatan mengulang-ulang keterampilan baru yang dipelajarinya baik secara fisik maupun mental. Siswa dapat melakukannya setahap demi setahap sebagaimana hasil analisis tugas yang diberikan guru.

c. Produksi

Pada model pembelajaran langsung dikenal suatu istilah pemodelan korektif. Pemodelan korektif adalah bahwa ketika siswa memodelkan ulang tingkah laku (keterampilan) yang dsedang dipelajarinya, maka dilakukan umpan balik yang sifatnya segera untuk memperbaiki bila terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam meniru (memodelkan) tingkah laku (keterampilan) baru tersebut. Untuk melakukan pemodelan korektif ini guru dapat:

(1) Memastikan Sikap Positif Terhadap Keterampilan Baru

Guru yang baik saat siswa memodelkan (menirukan) tingkah laku atau keterampilan baru harus selalu mendapatkan pujian-pujian yang sifatnya positif, dan bila sisw dan melakukan kekeliruan-kekeliruan hendaknya segera diberikan koreksi dengan menunjukkan letak masalah dan bagaimana cara memperbaiki kekeliruan-kekeliruan itu.

(2) Memperbaiki Subketerampilan yang Salah

Pada suatu pemodelan keterampilan kompleks seperti melakukan dribble bola, mungkin siswa masih belum melakukannya dengan sempurna. Bila tidak sempurna, tentu saja ada bagian-bagian komponen keterampilan (subketerampilan) yang masih salah. Untuk mengatasi hal ini guru harus kembali memberikan contoh lalu meminta siswa mengamati dan memodelkan ulang hingga subketerampilan itu benar-benar ia kuasai dengan baik.

3. Hasil Penelitian Menunjukkan Penggunaan Model Pembelajaran Langsung Meningkatkan Efektivitas Mengajar Guru

Beberapa hasil penelitian tentang implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) menunjukkan:
(a) adanya peningkatan time on task (waktu efektif siswa belajar / berada dalam tugas)
(b) meningkatkan hasil belajar siswa
(c) meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran meskipun pendekatannya bersifat teacher centered (berpusat pada guru)

Demikian pembahasan mengenai model pembelajaran langsung tentang Alasan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari Blog PTK dan Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Baca Selengkapnya

Minggu, 28 April 2013

Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
Sebelumnya di blog Penelitian Tindakan Kelas ini telah dibahas tentang Apa itu Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) atau lazim pula disebut sebagai Model Pengajaran Langsung yang mencakup tujuan pembelajaran yang dapat dicapai, sintaks (langkah-langkah) pembelajaran secara umum, hingga lingkungan belajar dan sistem pengelolaan. Kali ini pembahasan tentang model pembelajaran langsung (direct instruction) ini akan kita lanjutkan mengenai bagaimana teknik perencanaannya sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses.

Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi pembelajaran; (3) melakukan analisis tugas (task analysis); (4) merencanakan alokasi waktu; dan (5) merencanakan pengaturan ruang kelas. Mari kita simak sama-sama bahasannya satu persatu.

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Sekedar mengingatkan kembali, bahwa pada tulisan sebelumnya tentang Mengenal Apa itu Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) telah dijelaskan bahwa model pembelajaran ini paling efektif digunakan untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan penguasaan keterampilan seperti matematika atau membaca, di mana materi-materi (keterampilan) pada mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat berikut:
a. Mengacu pada siswa
b. Bersifat spesifik (khusus)
c. Uraian tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas
d. Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan)

2. Memilih Materi Pembelajaran

Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus mengacu kepada tuntutan kurikulum. Cara pemilihan materi seperti ini merupakan cara paling mudah dan terjamin efektivitasnya, karena kurikulum telah disusun oleh para pakar psikologi pendidikan terkait dengan pengetahuan awal prasyarat. Kurikulum sekolah telah dirancang sedemikian rupa sehingga strukturnya (urutan, kedalaman, dan keluasannya) sesuai dengan perkembangan peserta didik (siswa).

Walaupun demikian, sebaiknya guru, dalam memilih materi pembelajaran harus memahami: (a) prinsip ekonomi; dan (b) prinsip power. Hal ini telah lama dikemukakan oleh pakar psikologi pendidikan Jerome Brunner dalam bukunya yang berjudul On Knowing: Essays for The Left Hand yang diterbitkan oleh Cambridge, Mass: Harvard University pada tahun 1962.

a. Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Kenyataan di kelas, berdasarkan banyak hasil penelitian, guru telah menyajikan banyak presentasi dan demonstrasi yang tidak efektif. Guru seringkali menyajikan terlalu banyak informasi yang sifatnya justru tidak relevan dan tidak penting. Akibatnya justru sangat buruk. Presentasi dan demostrasi yang terlalu panjang dan bertele-tele justru membuat siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami ide-ide dan keterampilan pokok yang harus mereka pelajari.

Penggunaan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran maksudnya, guru harus betul-betul mempertimbangkan seberapa banyak informasi yang akan disajikan selama alokasi waktu tertentu. Prinsip ekonomi apabila digunakan oleh guru saat merencanakan pembelajaran langsung, akan membuat guru lebih terdorong untuk memberikan rangkuman singkat  mengenai ide-ide atau keterampilan-keterampilan pokok saja dan dilakukan beberapa kali selama kegiatan belajar mengajar. Penggunaan prinsip ekonomi dalam penentuan materi pembelajaran untuk model pembelajaran langsung ini akan memberikan kemungkinan kepada guru untuk memilih suatu konsep yang penting dan sulit kemudian menjadikannya jelas dan mudah bagi siswa. Prinsip ekonomi tidak menghendaki guru memilih konsep-konsep mudah lalu justru menjadikan konsep itu kabur dan menjadi tampak sulit karena penjelasan yang bertele-tele.

Jadi kesimpulannya, dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran pada model pembelajaran langsung (direct instruction), guru melakukan pembatasan tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya saat memberikan penjelasan secara lisan (verbal) atau selama demonstrasi.

b. Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki power (kekuatan) bila materi pembelajaran yang telah dipilih disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau konsep-konsep kunci dalam suatu pokok bahasan.

Perlu dicatat bahwa prinsip ekonomi dan prinsip power dapat diterapkan oleh semua guru dan tidak dibatasi oleh kemampuan dan cara mengajar guru. Prinsip ekonomi dan prinsip power lebih ditentukan oleh aspek-aspek perencanaan. Jadi kunci kesuksesan model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menerapkan kedua prinsip ini adalah perencanaan. Sebuah presentasi atau demonstrasi yang monoton sekalipun akan jauh memberikan hasil yang lebih baik dibanding presentasi dan demontsrasi yang menyenangkan dan dinamis tetapi kacau balau dan bertele-tele.

3. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)

Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction), guru harus selalu melakukan analisis tugas (task analysis). Tahapan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Analisis tugas (task analysis) hanya memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran langsung.

Apa yang dimaksud dengan analisis tugas? Analisis tugas (task analysis) adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.

Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari dengan mudah dalam satu waktu tertentu melalui pemodelan (demonstrasi). Keterampilan tersebut harus diajarkan bagian per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau keterampilan yang kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet dengan baik bila setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau didemonstrasikan satu per satu secara berurutan? Atau, siswa tentu tidak akan dapat melakukan pengamatan benda-benda mikroskopis bila mereka tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan dengan mikroskop.

Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis tugas (task analysis) dengan cara:
(1) Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi. Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
(2) Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
(3) Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
(4) Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.

4. Merencanakan Alokasi Waktu

Perencanaan alokasi waktu dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sangat vital. Kemampuan guru mengenali seberapa kemampuan dan bakat siswa untuk mengikuti suatu pembelajaran langsung dengan materi tertentu akan sangat membantu penetuan alokasi waktu yang sesuai. Pada umumnya guru yang kurang berpengalaman (guru yang masih muda) cenderung memberikan alokasi waktu yang terlalu sedikit. Mereka menaksir terlalu rendah jumlah jam yang dibutuhkan untuk mengajarkan suatu pengetahuan atau keterampilan.

Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus mempertimbangkan:
a. Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan siswa?
b. Pemberian motivasi kepada siswaa, sehingga semua tetap berada dalam tugas belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat, model pembelajaran langsung (direct instruction) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuntuk siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan atau demontrasi yang diberikan oleh guru.

5. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas

Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Demikian tulisan mengenai Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari blog PTK dan Model-Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Baca Selengkapnya

Rabu, 24 April 2013

Mengenal Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung)

Sudah lama tidak menulis artikel tentang model pembelajaran, dan setelah kembali membolak-balik halaman di blog penelitian tindakan kelas ini, barulah kami menyadari bahwa ada satu model pembelajaran penting yang banyak digunakan di sekolah-sekolah telah terlewatkan untuk dibahas, yaitu model pengajaran langsung, atau model pembelajaran langsung (direct instruction). Pada tulisan kali ini kita akan mencoba menguraikan tentang: (1) apa yang dimaksud dengan model pembelajaran langsung; (2) apa saja ciri-ciri model pembelajaran langsung; (3) tujuan-tujuan pembelajaran jenis apa saja yang dapat dicapai bila guru menerapkan model pembelajaran langsung di kelasnya; (4) bagaimana urutan sintaks (langkah-langkah) kegiatan pembelajaran; (5) bagaimana bentuk lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang membantu penerapan model pembelajaran langsung dapat sukses dilaksanakan. Mari kita simak satu persatu.

Apakah yang Dimaksud dengan Direct Instruction/Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung?

direct instruction atau model pembelajaran langsung
direct instruction atau model pembelajaran langsung
Direct instruction secara bahasa (arti kata) berarti model pengajaran langsung. Akan tetapi banyak orang lebih suka mengganti kata pengajaran dengan pembelajaran, sehingga lebih lazim disebut model pembelajaran langsung. Penggunaan kata ‘pembelajaran’ lebih disukai karena terkesan bahwa dalam kegiatan belajar, siswa aktif terlibat. Beberapa orang menganggap kata ‘pengajaran’ lebih berkesan hanya guru yang aktif dalam kegiatan belajar, sementara siswa pasif.

Robert E. Slavin dalam bukunya Educational Psychology dari Johns Hopkins University yang diterbitkan oleh Needham Height  Allyn and Bacon, Boston mendefinisikan direct instruction sebagai sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Direct istruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structured by the teacher – p.231).

Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows, 1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Atau diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction).

Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction (model pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model pembelajaran langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Ciri-Ciri/Karakteristik Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)

Model pembelajaran langsung ini tentu saja dapat dibedakan dari model pembelajaran lainnya karena ia memiliki karakteristik atau ciri-ciri tersendiri. Berikut beberapa karakteristik/ciri-ciri model pembelajaran langsung:
  • Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.
  • Adanya sintaks atau pola keseluruhan kegiatan pembelajaran.
  • Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.

Tujuan-Tujuan Pembelajaran yang Dapat Dicapai Melalui Implementasi Direct Instruction (Model Pengajaran Langsung)

Sebelum kita membahas tujuan pembelajaran apa saja yang dapat dicapai melalui implementasi model pembelajaran langsung ini sebaiknya kita membahas terlebih dahulu pembedaan jenis pengetahuan menurut pakar teori pembelajaran.

Pada umumnya, para ahli teori pembelajaran pada umumnya membedakan pengetahuan ke dalam dua (2) jenis, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan Deklatarif

Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan ‘mengenai sesuatu’ dan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Contoh pengetahuan deklaratif misalnya bahwa ‘presiden RI dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.’ Contoh lain, ‘di dalam daun terdapat mesofil daun yang terdiri dari jaringan palisade dan jaringan spons.’

Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang ‘bagaimana melakukan sesuatu.’ Contoh pengetahuan prosedural misalnya, ‘bagaimana tata cara dan langkah-langkah pelaksanaan pemilu di Indonesia’. Atau, ‘bagaimana cara melakukan pengamatan struktur anatomi daun untuk melihat jaringan palisade dan jaringan spons yang menyusun mesofil daun’.

Kembali ke tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai bila mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran ini dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang tersusun dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Sintaks (Langkah-Langkah) atau Fase-Fase Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)

Bila guru ingin melaksanakan model pembelajaran langsung ini, maka ada 5 fase atau langkah-langkah yang harus diperhatikan karena sifatnya memang sangat penting. Adapun kelima fase itu adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.

Pada fase pertama ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi mengapa pembelajaran itu penting, dan mempersiapkan siswa baik secara fisik maupun mental untuk mulai pembelajarannya.

2. Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan.

Pada fase kedua ini guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan secara benar, ia harus menyajikan informasi secara bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar.

3. Membimbing pelatihan.

Pada fase ketiga guru harus memberikan bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sedang diajarkan.

4. Mencek pemahaman dan memberikan balikan (umpan balik).

Pada fase keempat ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.

5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Pada fase terakhir (kelima) ini guru kemudian menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)

Bila guru ingin menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction), maka guru harus melakukan perencanaan yang hati-hati dan matang. Setiap detil keterampilan yang diajarkan harus diidentifikasi secara seksama dan teliti, begitupun langkah-langkah dan penjadwalan demonstrasi dan pelatihan.

Lingkungan belajar, meskipun berpusat pada guru (teacher centered), akan tetapi tetap menuntuk siswa yang aktif belajar baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran langsung tidak akan berhasil jika hanya guru yang aktif. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama memperhatikan saat-saat demonstrasi dilakukan oleh guru, memberikan kesempatan resitasi (tanya jawab) untuk klarifikasi dan penguatan. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sesuai akan mendorong implementasi direct instruction yang dilakukan oleh guru dapat sukses.

Demikian artikel tentang Mengenal Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung) dari blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model-Model Pembelajaran kali ini. Salam.
Baca Selengkapnya

Selasa, 23 April 2013

Cara Cek SK Tunjangan Profesi (Sertifikasi) tahun 2013 Online

Alamat untuk Cek SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi / SK Pembayaran Tunjangan Profesi tahun 2013

Silakan kunjungi halaman berikut (Situs Resmi P2TK Dikdas Kemdikbud) dengan mengklik alamat url yang disediakan untuk melakukan cek SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi / SK Pembayaran Tunjangan Profesi tahun 2013, yaitu http://116.66.201.163:8000/

Cara Cek SK Tunjangan Profesi (SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi tahun 2013)

  • Buka halaman (situs) P2TK Dikdas dengan mengklik tautan berikut: http://116.66.201.163:8000/
  • Bila halaman depan situs P2TK Dikdas sudah terbuka, Amati bagian sebelah kanan halaman. Perhatikan gambar berikut.
    halaman depan situs P2TK Dikdas untuk Cek SK Pembayaran Tunjangan Profesi/Sertifikasi tahun 2013
    halaman depan situs P2TK Dikdas untuk Cek SK Pembayaran Tunjangan Profesi/Sertifikasi tahun 2013
  • Anda akan menemukan sebuah formulir LOGIN yang meminta anda memasukkan 16 digit NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan), dan PASSWORD.
  • Setelah anda mengetikkan NUPTK, isilah 8 digit PASSWORD dengan format YYYYMMDD yang merupakan tahun -bulan-tanggal kelahiran anda.
  • Klik Tombol LOGIN yang berwarna biru. Perhatikan gambar berikut:
    Cara Cek SK Pembayaran Tunjangan Profesi / Sertifikasi tahun 2013
    Cara Cek SK Pembayaran Tunjangan Profesi / Sertifikasi tahun 2013
  • Tunggu beberapa saat, jika server tidak sibuk maka SK Tunjangan Profesi Anda (SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi) anda akan ditampilkan, dengan catatan: DATA ANDA DI DAPODIK TELAH VALID MENGAJAR 24 JAM. Tampilannya akan seperti ini:
    contoh tampilan SK Pembayaran Tunjangan Profesi / sertifikasi tahun 2013 di P2TK Dikdas
    contoh tampilan SK Pembayaran Tunjangan Profesi / sertifikasi tahun 2013 di P2TK Dikdas

Apa Saja Isi dari SK Tunjangan Profesi Anda (SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi)?

SK Tunjangan Profesi (SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi) memuat:

A. Data Guru

Data guru yang dimuat di dalam SK Tunjangan Profesi (SK Pembayaran Tunjangan Sertifikasi tahun 2013) ini meliputi: (1) NUPTK; (2) Nomor Peserta; (3) NRG; (4) NIP; (5) Nama; (6) Tempat Tugas; (7) Kabupaten; (8) Propinsi;

B. Keterangan tentang Tunjangan Profesi/ Sertifikasi

Data tunjangan profesi meliputi: (1) Status Sk; (2) Tanggal SK; (3) Nomor SK; (4) Nama pada SK; (5) Golongan; (6) Masa Kerja; (7) Tempat Tugas; (8) Kabupaten; (9) Provinsi; (10) Bank Penerima; (11) Cabang Bank

C. Persyaratan Pencairan Tunjangan Profesi / Sertifikasi Di Bank

Persyaratan yang harus dibawa guru ke Bank
Selain mengisi formulir, guru juga diminta untuk membawa dokumen persyaratan
(Jika rekening sudah aktif dan guru sudah memegang buku rekening dimaksud, abaikan persyaratan tersebut)

Syarat Umum Pencairan Di Bank:

  1. Foto Copy KTP
  2. Foto Copy Kartu NUPTK/NRG (jika ada)
  3. Surat keterangan dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan merupakan guru di sekolah tersebut dan dicantumkan NUPTK, NRG, Nomor Peserta dan alamat sesuai KTP

Syarat Khusus Pencairan Di Bank:

  1. Apabila terjadi perbedaan NUPTK, guru yang bersangkutan harus membawa fotocopy Sertifikat Pendidik atau SK Tunjangan Profesi pada tahun Anggaran 2013
  2. Apabila terjadi perbedaan nama antara KTP dengan SK dan nama di rekening, guru yang bersangkutan harus membawa surat keterangan dari kepala sekolah yang menerangkan perbedaan tersebut

Syarat Tambahan untuk Guru Mutasi :

  1. Dokumen pada persyaratan umum ditambah dengan :
  2. Copy Surat Keputusan mutasi bagi PNS
  3. Surat Keterangan mutasi dari Yayasan/Komite/Kepala Sekolah bagi guru bukan PNS

Keterangan tentang SK Tunjangan Profesi Online:

Data yang ditampilkan pada halaman web ini (SK Tunjangan Profesi Online) tidak dapat dijadikan dasar acuan untuk proses pembayaran tunjangan dan data sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan.Proses pembayaran tunjangan mengacu pada SK cetak yang dikirim ke pengelola masing-masing tunjangan.

Informasi Tentang Kapan Tunjangan Sertifikasi (Tunjangan Profesi tahun 2013) Dicairkan

Beberapa pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh ketika berada di acara peresmian Politeknik Negeri Sambas, Sabtu (9/3) yaitu:
  • Apabila pendataan tuntas, diperkirakan bulan April 2013 ini tunjangan sertifikasi guru cair.
  • Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah membentuk tim untuk memproses tunjangan sertifikasi guru. Termasuk jika ada kemacetan pencairan tunjangan sertifikasi. Diakui adanya keterlambatan bahkan masih simpang siurnya pelunasan dana sertifikasi guru.
  • Sertifikasi guru tetap jalan terus. Saat ini tim terkait pencairan dana sedang melakukan pendataan dan validasi.
  • Untuk tunjangan khusus guru perbatasan, dipermudah dan diperlancar dibayar setiap triwulan sekali dengan besaran satu bulan gaji pokok.
  • Tunjangan khusus guru perbatasan harus diperhatikan dinas pendidikan kabupaten/kota wilayah perbatasan, dan.setiap guru yang bertugas di wilayah perbatasan otomatis menerima tunjangan khusus perbatasan sesuai aturan yang berlaku.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat P2TK Pendidikan Dasar, Komplek. Kemdikbud Gedung C Lantai. 18 Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.
Baca Selengkapnya

Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom

Blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran kali ini akan mengangkat bahasan yang mungkin sudah sangat dipahami oleh para pembaca yang budiman, yaitu tentang taksonomi Bloom pada ranah (domain) kognitif. Walaupun pembagian ranah tujuan pembelajaran dari aspek kognitif (intelektual) ini sudah dikenal umum,pada kenyataannya guru atau calon guru masih sering mengalami kesulitan dalam menuliskan tujuan pembelajaran dengan berbagai variasi level (tingkatan).

Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom (1956)

tingkatan (level) taksonomi Bloom pada ranah kognitif
tingkatan (level) taksonomi Bloom pada ranah kognitif
Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York telah membagi ranah (domain) kognitif menjadi beberapa bagian. Berikut adalah penjelasannya.

Tujuan pembelajaran dalan ranah (domain) kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6 tingkatan, dilambangkan dengan huruf C (cognitive). Secara umum, makin tinggi tingkatannya semakin rumit tujuan pembelajaran itu yaitu:

1. Tingkat (Level) Pengetahuan – C1

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi.

Kata Kerja Operasional Level C1

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C1 (Cognitive 1 – Pengetahuan) antara lain:
  • mengutip
  • menyebutkan
  • menjelaskan
  • menggambar
  • membilang
  • mengidentifikasi
  • mendaftar
  • menunjukkan
  • memberi label
  • memberi indeks
  • memasangkan
  • menamai
  • menandai
  • membaca
  • menyadari
  • menghafal
  • meniru
  • mencatat
  • mengulang
  • mereproduksi
  • meninjau
  • memilih
  • menyatakan
  • mempelajari
  • mentabulasi
  • memberi kode
  • menelusuri
  • menulis
  • merespon

2. Tingkat (Level) Pemahaman – C2

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).

Kata Kerja Operasional Level C2

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C2 (Cognitive 2 – Pemahaman) antara lain:
  • memperkirakan
  • menjelaskan
  • mengkategorikan
  • mencirikan
  • merinci
  • mengasosiasikan
  • membandingkan
  • menghitung
  • mengkontraskan
  • mengubah
  • mempertahankan
  • menguraikan
  • menjalin
  • membedakan
  • mendiskusikan
  • menggali
  • mencontohkan
  • menerangkan
  • mengemukakan
  • mempolakan
  • memperluas
  • menyimpulkan
  • meramalkan
  • merangkum
  • menjabarkan

3. Tingkat (Level) Aplikasi – C3

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata.

Kata Kerja Operasional Level C3

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C3 (Cognitive 3 – Aplikasi) antara lain:
  • menugaskan
  • mengurutkan
  • menentukan
  • menerapkan
  • menyesuaikan
  • mengkalkulasi
  • memodifikasi
  • mengklasifikasi
  • menghitung
  • membangun
  • membiasakan
  • mencegah
  • menentukan
  • menggambarkan
  • menggunakan
  • menilai
  • melatih
  • menggali
  • mengemukakan
  • mengadaptasi
  • menyelidiki
  • mengoperasikan
  • mempersoalkan
  • mengkonsepkan
  • melaksanakan
  • meramalkan
  • memproduksi
  • memproses
  • mengaitkan
  • menyusun
  • mensimulasikan
  • memecahkan
  • melakukan
  • mentabulasi

4. Tingkat (Level) Analisis – C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).

Kata Kerja Operasional Level C4

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C4 (Cognitive 4 – Analisis) antara lain:
  • menganalisis
  • mengaudit
  • memecahkan
  • menegaskan
  • mendeteksi
  • mendiagnosis
  • menyeleksi
  • merinci
  • menominasikan
  • mendiagramkan
  • mengkorelasikan
  • merasionalkan
  • menguji
  • mencerahkan
  • menjelajah
  • membagankan
  • menyimpulkan
  • menemukan
  • menelaah
  • memaksimalkan
  • memerintahkan
  • mengedit
  • mengaitkan
  • memilih
  • mengukur
  • melatih
  • mentransfer

5. Tingkat (Level) Sintesis – C5

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak.

Kata Kerja Operasional Level C5

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C5 (Cognitive 5 – Sintesis) antara lain:
  • mengabstraksi
  • mengatur
  • menganimasi
  • mengumpulkan
  • mengkategorikan
  • mengkode
  • mengombinasikan
  • menyusun
  • mengarang
  • membangun
  • menanggulangi
  • menghubungkan
  • menciptakan
  • mengkreasikan
  • mkengoreksi
  • merancang
  • merencanakan
  • mendikte
  • meningkatkan
  • memperjelas
  • memfasilitasi
  • membentuk
  • merumuskan
  • menggeneralisasi
  • menggabungkan
  • memadukan
  • membatas
  • merefarasi
  • menampilkan
  • menyiapkan
  • memproduksi
  • merangkum
  • merekonstruksi

6. Tingkat (Level) Evaluasi – C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.

Kata Kerja Operasional Level C6

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C6 (Cognitive 6 – Evaluasi) antara lain:
  • membandingkan
  • menyimpulkan
  • menilai
  • mengarahkan
  • mengkritik
  • menimbang
  • memutuskan
  • memisahkan
  • memprediksi
  • memperjelas
  • menugaskan
  • menafsirkan
  • mempertahankan
  • memerinci
  • mengukur
  • merangkum
  • membuktikan
  • memvalidasi
  • mengetes
  • mendukung
  • memilih
  • memproyeksikan

Demikian artikel tentang Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom dari blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran, semoga bermanfaat. Salam.

Baca Selengkapnya

Sabtu, 20 April 2013

Alamat Terbaru dan Cara Cek Data Guru di P2TKDikdas

Alamat Terbaru untuk Cek Valid / Tidak Data PTK di Dapodik

Banyak keluhan yang disampaikan oleh guru-guru dan operator mengenai sulitnya mengakses atau masuk ke situs P2TK Dikdas. Untuk merespon hal tersebut, P2TK Dikdas memindahkan alamatnya ke http://223.27.144.195/info.php atau http://223.27.144.195:8083/info.php atau http://223.27.144.195:8082/info.php atau http://223.27.144.195:8081/info.php sebagai alamat yang terbaru dan diharapkan lebih mudah dan cepat diakses.

Oh ya, bila data DAPODIK anda sudah valid, bisa cek juga apakah SK Pembayaran Tunjangan Profesi (Sertifikasi) anda sudah diterbitkan? Cara dan Alamat URLnya dapat dilihat di artikel ini.

Bila Data Anda Di Dapodik masih Kosong / Tidak Lengkap / Tidak Valid, juga SK Tunjangan Belum Terbit, Cek Cara Memperbaikinya di Sini.

Cara Cek Data Guru / PTK di Dapodik pada Alamat Terbaru

Tampilan halaman tetap mirip dengan alamat (URL) sebelumnya. Nah, bagi anda yang masing asing dan ingin melihat sendiri apakah data anda di dapodik sudah valid dan berhak mendapatkan tunjangan profesi (tunjangan sertifikasi guru) tahun 2013, berikut langkah-langkahnya.
halaman Pengecekan Data Guru di Dapodik yang terhubung dengan P2TK Dikdas
Tampilan halaman Pengecekan Data Guru di Dapodik yang terhubung dengan P2TK Dikdas

  • Perhatikan formulir LOGIN yang terdapat di sisi kiri.
  • Masukkan NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) anda pada kotak yang disediakan
  • Masukkan PASSWORD anda berupa TAHUN– BULAN– TANGGAL KELAHIRAN anda
  • Klik kiri tombol LOGIN di kanan bawah formulir (Perhatikan gambar berikut).
    Langkah-langkah cara cek data Dapodik guru di P2TK Dikdas
    Langkah-langkah cara cek data Dapodik guru di P2TK Dikdas
  • Bila NUPTK dan PASSWORD yang anda masukkan benar, maka anda akan dibawa ke halaman verifikasi yang berisi Info Data PTK menurut data yang diupload ke Pendataan Pendidikan Dasar sesuai tanggal pengiriman terakhir yang terkoneksi otomatis (terupdate). Tampilannya akan seperti ini (ini hanya sebagian screenshoot).

    Halaman verifikasi berisi Info Data PTK menurut data yang diupload ke Pendataan Pendidikan Dasar sesuai tanggal pengiriman
    Tampilan sebagian halaman valid / tidak valid yang berisi Info Data PTK menurut data yang diupload ke Pendataan Pendidikan Dasar sesuai tanggal pengiriman terakhir yang terkoneksi otomatis (terupdate)
Status valid atau tidak valid data guru di Dapodik dan P2TK Dikdas
Status valid atau tidak valid data guru di Dapodik dan P2TK Dikdas dapat dilihat di halaman valid / tidak valid yang berisi Info Data PTK
Data yang Diverifikasi dan Dinyatakan Valid atau Tidak
Pada halaman ini akan tampak data anda berupa:
  • Nama
  • Nip
  • Nama Kabupaten Kota
  • Nama Propinsi
  • Ijazah Terakhir Id
  • Nuptk
  • Tgl Lahir
  • Nama Status Kepegawaian
  • Nama Pangkat Golongan
  • Tmt Pangkat Gol
  • Nama Tugas Tambahan
  • Masa Kerja Tahun
  • Sedang Kuliah
  • Bertugas Di Wilayah Khusus
  • Email
  • Gaji Pokok
  • Status
  • Tahun Pensiun
  • Status Kepegawaian Id
  • Total Jam Mengajar Sesuai (liner)
  • Rincian Jam Mengajar
  • Status NUPTK (valid/tidak valid)
  • Status Kelulusan Sertifikasi
Demikian informasi terbaru tentang validasi data PTK (pendidik dan tenaga kependidikan) di P2TKDikdas dan Dapodik dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat. Salam.
Baca Selengkapnya

Jumat, 19 April 2013

Syarat-Syarat Tes yang Baik

Kembali mengangkat tulisan tentang tes, blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model Pembelajaran baru beberapa waktu lalu telah membahas tentang Jenis-Jenis dalam Dunia Pendidikan, kini mengangkat topik tentang Syarat-Syarat Tes yang Baik.

Syarat-Syarat Tes (Instrumen/Alat Ukur) yang Baik

Syarat-Syarat Tes yang Baik
Syarat-Syarat Tes yang Baik
Paling tidak ada 11 syarat tes yang baik yaitu: (1) validitas tes; (2) reliabelitas tes; (3) daya pembeda atau diferensiasi tes; (4) keseimbangan tes; (5) efisiensi atau daya guna tes; (6) obyektivitas tes; (7) kekhususan tes; (8) tingkat kesulitan tes; (9) tingkat kepercayaan tes; (10) keadilan tes; (11) alokasi waktu tes

Berikut kita paparkan satu persatu secara lebih mendetail.

1. Validitas Tes

Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana sebuah tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan benar sesuai kenyataan yang ada (sesungguhnya).

Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi). Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.

b. Validitas Susunan (Konstruksi)

Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan (konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat penyusunan tes yang baik.

c. Validitas Bandingan

Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat pengukuran (assessmen) dilakukan.

d. Validitas Ramalan

Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan datang.

2. Reliabelitas Tes

Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.

3. Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes

Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang satu dengan yang lain.

4. Keseimbangan Tes

Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.

5. Efisiensi atau Daya Guna Tes

Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.

6. Obyektivitas Tes

Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.

7. Kekhususan Tes

Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.

8. Tingkat Kesulitan Tes

Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).

9. Tingkat Kepercayaan Tes

Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

10. Keadilan Tes

Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya (mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti pembelajaran.

11. Alokasi Waktu Tes

Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.

Demikian uraian mengenai Syarat-Syarat Tes yang Baik dari blog PTK dan Model Pembelajaran. Salam.
Baca Selengkapnya