1. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction Pada Tahap Perencanaannya Menggunakan Analisis Tugas (Task Analysis) yang Merupakan Perwujudan dari Analisis Sistem (System Analysis)
Kita sudah membahas analisis tugas (task analysis) dan bagaimana melakukannya pada artikel Perencanaan Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) sebelumnya. Lalu apa analisis sistem (system analysis) itu? Analisis sistem adalah suatu teknik yang mempelajari bagaimana cara menguraikan bagian-bagian dari sesuatu yang utuh, sehingga bagian-bagian itu dapat diajarkan melalui langkah-langkah yang jauh lebih pendek. Analisis sistem merupakan landasan teori mengapa model pembelajaran langsung disarankan untuk digunakan dalam sebuah pembelajaran di kelas.
Sejatinya, analisis sistem berawal dari bermacam bidang pengetahuan, yang telah mempengaruhi pola berpikir saat melaksanakan berbagai penelitian dan pengembangan. Beberapa bidang yang sering menggunakan analisis sistem adalah bidang biologi, proses belajar, teori organisasi, dan teori sosial. Dalam melakukan analisis sistem, dipelajari hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan yang terdapat antar komponen-komponen bagian yang saling bergantung yang telah menyusun suatu kesatuan. Pada bidang biologi kita mengenal sistem yang disebut ekosistem, terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (makhluk tak hidup). Komponen biotik dan abiotik menyusun ekosistem dan saling bergantung satu sama lain. Contoh sistem yang lain misalnya perdagangan internasional.
Alasan-Alasan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung |
Pada buku yang berjudul Principles of Instructional Design yang diterbitkan tahun 1987 oleh Holt, Rinehart & Winston – New York, ahli psikologi pendidikan Gane dan Briggs menyatakan bahwa sebuah pembelajaran yang telah dirancang dengan sistem yang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan individu.
2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Didasarkan pada Teori Pemodelan Tingkah Laku (Teori Belajar Sosial)
Albert Bandura (1977) dalam buku Social Learning Theory yang diterbitkan oleh Englewood Cliffs – Prentice Hall, telah mengemukakan gagasan yang sangat logis: “proses belajar akan sangat menguras energi dan waktu, bahkan berbahaya, bilamana manusia harus menggantungkan diri mereka sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri (menemukan sendiri). Untung saja, sebagian besar tingkah laku seseorang dapat diperoleh/dipelajari melalui pengamatan (observasi), lalu dilakukan pemodelan (peniruan) terhadap tingkah laku orang lain, kemudian orang yang belajar tersebut akan dapat membentuk pemahamannya sendiri tentang bagaimana melakukan tingkah laku baru yang ditirunya itu. Oleh sebab pebelajar (orang yang belajar) dapat belajar dari contoh (model) yang ditirunya, paling tidak dalam bentuk yang mendekati atau mirip sebelum mereka melakukan tingkah laku (kegiatan) tertentu yang sifatnya baru bagi mereka, maka pebelajar dapat terhindar dari melakukan kekeliruan-kekeliruan yang tidak perlu.Para ahli psikologi pendidikan penganut Teori Pemodelan Tingkah Laku meyakini bahwa suatu tingkah laku dipelajari apabila pebelajar (pengamat) memperhatikan dengan sadar tingkah laku yang ingin dipelajarinya. Misalnya, jika anda sedang makan mie bersama seseorang yang menggunakan sumpit sebagai alat makan, dan anda tidak pernah menggunakan sumpit sebelumnya, maka anda akan memperhatikan dengan sadar dan sungguh-sungguh bagaimana orang tersebut memegang sumpit di sela-sela jarinya, lalu memperhatikan bagaimana ia mulai mencapit helaian-helaian mie dengan ujung sumpit. Saat melakukan pengamatan secara sadar itu, anda akan menyimpan cara menggunakan sumpit itu di ingatan jangka panjang (long-term memory). Saat itu anda belum melakukan tingkah laku yang diamati itu (memegang sumpit dan mencapit mie), oleh sebab itu belum ada konsekuensi secara tingkah laku (reinforcement), yang diperlukan sebagai langkah selanjutnya agar proses belajar makan mie dengan sumpit dapat terjadi.
Teori belajar sosial atau teori belajar pemodelan tingkah laku ini dianggap sebagai penyumbang terbesar landasan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelas.
Ada 3 (tiga) tahap pemodelan tingkah laku menurut Bandura, yaitu: (a) perhatian atau atensi; (b) retensi; dan (c) produksi.
a. Tahap Atensi atau Perhatian
Berdasarkan hasil penelitian, pengamat (pebelajar) akan dapat memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku itu dapat diamati dengan jelas dan tidak terlalu kompleks. Di sinilah peranan analisis tugas (task analysis) letaknya. Guru yang menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya harus dapat:(1) Memperoleh Perhatian Siswa.
Untuk memperoleh perhatian atau atensi awal dari siswa, guru dapat menggunakan isyarat-isyarat seperti tepuk tangan, benda-benda aneh dan atau menarik. Selanjutnya, guru dapat pula mengarahkan perhatian saat berbicara tentang pokok-pokok penting yang sedang dibicarakannya dengan mengatakan ”lihatlah ke arah saya, perhatikan baik-baik” dan sebagainya.(2) Memudahkan Pengamatan Siswa
Suatu tingkah laku yang kompleks akan sulit diamati siswa walaupun telah dimodelkan dengan amat baik. Karena itu, guru perlu melakukan analisis tugas (task analysis). Misalnya saat mengajarkan bagaimana melakukan dribble dalam permainan basket (sebuah keterampilan yang cukup kompleks), maka guru dapat mengajarkan per komponen, misalnya bagaimana cara menyentuh atau memegang bola pada saat melakukan dribble, bagaimana posisi badan, bagaimana posisi kaki dan langkah-langkah kaki, bagaimana arah pandangan mata, dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga keterampilan itu lebih mudah diamati untuk ditiru. Memperkenalkan melulu keseluruhan keterampilan yang kompleks, tanpa melakukan analisis tugas, dapat memberatkan kemampuan dan kapasitas perhatian siswa dan mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan.b. Retensi
Retensi (ingatan) terhadap sebuah perilaku yang teramati dapat dimantapkan bila saja pengamat (pebelajar) mampu membuat hubungan pengamatannya tadi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Untuk melakukan ini, guru yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya dapat:(1) Memberikan Kaitan Keterampilan Baru yang akan Dipelajari dengan Pengetahuan (Bekal) Awal Siswa
Untuk melakukan pengaitan keterampilan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan (bekal) awal siswa, misalnya terkait pembelajaran melakukan dribble pada permainan bola basket, guru dapat meminta siswa mengingat-ingat kembali bagaimana bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus dilakukannya saat melakukan shoot ke ring (bila sudah diajarkan).(2) Meyakinkan Bahwa Telah Terbentuk Retensi Jangka Panjang
Untuk meyakinkan bahwa telah terbentuk retensi jangka panjang pada diri siswa, guru bisa memberikan pelatihan lanjutan, sehingga siswa mempunyai kesempatan mengulang-ulang keterampilan baru yang dipelajarinya baik secara fisik maupun mental. Siswa dapat melakukannya setahap demi setahap sebagaimana hasil analisis tugas yang diberikan guru.c. Produksi
Pada model pembelajaran langsung dikenal suatu istilah pemodelan korektif. Pemodelan korektif adalah bahwa ketika siswa memodelkan ulang tingkah laku (keterampilan) yang dsedang dipelajarinya, maka dilakukan umpan balik yang sifatnya segera untuk memperbaiki bila terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam meniru (memodelkan) tingkah laku (keterampilan) baru tersebut. Untuk melakukan pemodelan korektif ini guru dapat:(1) Memastikan Sikap Positif Terhadap Keterampilan Baru
Guru yang baik saat siswa memodelkan (menirukan) tingkah laku atau keterampilan baru harus selalu mendapatkan pujian-pujian yang sifatnya positif, dan bila sisw dan melakukan kekeliruan-kekeliruan hendaknya segera diberikan koreksi dengan menunjukkan letak masalah dan bagaimana cara memperbaiki kekeliruan-kekeliruan itu.(2) Memperbaiki Subketerampilan yang Salah
Pada suatu pemodelan keterampilan kompleks seperti melakukan dribble bola, mungkin siswa masih belum melakukannya dengan sempurna. Bila tidak sempurna, tentu saja ada bagian-bagian komponen keterampilan (subketerampilan) yang masih salah. Untuk mengatasi hal ini guru harus kembali memberikan contoh lalu meminta siswa mengamati dan memodelkan ulang hingga subketerampilan itu benar-benar ia kuasai dengan baik.3. Hasil Penelitian Menunjukkan Penggunaan Model Pembelajaran Langsung Meningkatkan Efektivitas Mengajar Guru
Beberapa hasil penelitian tentang implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) menunjukkan:(a) adanya peningkatan time on task (waktu efektif siswa belajar / berada dalam tugas)
(b) meningkatkan hasil belajar siswa
(c) meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran meskipun pendekatannya bersifat teacher centered (berpusat pada guru)
Demikian pembahasan mengenai model pembelajaran langsung tentang Alasan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari Blog PTK dan Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar