Minggu, 28 April 2013

Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
Sebelumnya di blog Penelitian Tindakan Kelas ini telah dibahas tentang Apa itu Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) atau lazim pula disebut sebagai Model Pengajaran Langsung yang mencakup tujuan pembelajaran yang dapat dicapai, sintaks (langkah-langkah) pembelajaran secara umum, hingga lingkungan belajar dan sistem pengelolaan. Kali ini pembahasan tentang model pembelajaran langsung (direct instruction) ini akan kita lanjutkan mengenai bagaimana teknik perencanaannya sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses.

Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi pembelajaran; (3) melakukan analisis tugas (task analysis); (4) merencanakan alokasi waktu; dan (5) merencanakan pengaturan ruang kelas. Mari kita simak sama-sama bahasannya satu persatu.

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Sekedar mengingatkan kembali, bahwa pada tulisan sebelumnya tentang Mengenal Apa itu Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) telah dijelaskan bahwa model pembelajaran ini paling efektif digunakan untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan penguasaan keterampilan seperti matematika atau membaca, di mana materi-materi (keterampilan) pada mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat berikut:
a. Mengacu pada siswa
b. Bersifat spesifik (khusus)
c. Uraian tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas
d. Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan)

2. Memilih Materi Pembelajaran

Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus mengacu kepada tuntutan kurikulum. Cara pemilihan materi seperti ini merupakan cara paling mudah dan terjamin efektivitasnya, karena kurikulum telah disusun oleh para pakar psikologi pendidikan terkait dengan pengetahuan awal prasyarat. Kurikulum sekolah telah dirancang sedemikian rupa sehingga strukturnya (urutan, kedalaman, dan keluasannya) sesuai dengan perkembangan peserta didik (siswa).

Walaupun demikian, sebaiknya guru, dalam memilih materi pembelajaran harus memahami: (a) prinsip ekonomi; dan (b) prinsip power. Hal ini telah lama dikemukakan oleh pakar psikologi pendidikan Jerome Brunner dalam bukunya yang berjudul On Knowing: Essays for The Left Hand yang diterbitkan oleh Cambridge, Mass: Harvard University pada tahun 1962.

a. Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Kenyataan di kelas, berdasarkan banyak hasil penelitian, guru telah menyajikan banyak presentasi dan demonstrasi yang tidak efektif. Guru seringkali menyajikan terlalu banyak informasi yang sifatnya justru tidak relevan dan tidak penting. Akibatnya justru sangat buruk. Presentasi dan demostrasi yang terlalu panjang dan bertele-tele justru membuat siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami ide-ide dan keterampilan pokok yang harus mereka pelajari.

Penggunaan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran maksudnya, guru harus betul-betul mempertimbangkan seberapa banyak informasi yang akan disajikan selama alokasi waktu tertentu. Prinsip ekonomi apabila digunakan oleh guru saat merencanakan pembelajaran langsung, akan membuat guru lebih terdorong untuk memberikan rangkuman singkat  mengenai ide-ide atau keterampilan-keterampilan pokok saja dan dilakukan beberapa kali selama kegiatan belajar mengajar. Penggunaan prinsip ekonomi dalam penentuan materi pembelajaran untuk model pembelajaran langsung ini akan memberikan kemungkinan kepada guru untuk memilih suatu konsep yang penting dan sulit kemudian menjadikannya jelas dan mudah bagi siswa. Prinsip ekonomi tidak menghendaki guru memilih konsep-konsep mudah lalu justru menjadikan konsep itu kabur dan menjadi tampak sulit karena penjelasan yang bertele-tele.

Jadi kesimpulannya, dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran pada model pembelajaran langsung (direct instruction), guru melakukan pembatasan tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya saat memberikan penjelasan secara lisan (verbal) atau selama demonstrasi.

b. Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki power (kekuatan) bila materi pembelajaran yang telah dipilih disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau konsep-konsep kunci dalam suatu pokok bahasan.

Perlu dicatat bahwa prinsip ekonomi dan prinsip power dapat diterapkan oleh semua guru dan tidak dibatasi oleh kemampuan dan cara mengajar guru. Prinsip ekonomi dan prinsip power lebih ditentukan oleh aspek-aspek perencanaan. Jadi kunci kesuksesan model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menerapkan kedua prinsip ini adalah perencanaan. Sebuah presentasi atau demonstrasi yang monoton sekalipun akan jauh memberikan hasil yang lebih baik dibanding presentasi dan demontsrasi yang menyenangkan dan dinamis tetapi kacau balau dan bertele-tele.

3. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)

Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction), guru harus selalu melakukan analisis tugas (task analysis). Tahapan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Analisis tugas (task analysis) hanya memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran langsung.

Apa yang dimaksud dengan analisis tugas? Analisis tugas (task analysis) adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.

Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari dengan mudah dalam satu waktu tertentu melalui pemodelan (demonstrasi). Keterampilan tersebut harus diajarkan bagian per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau keterampilan yang kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet dengan baik bila setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau didemonstrasikan satu per satu secara berurutan? Atau, siswa tentu tidak akan dapat melakukan pengamatan benda-benda mikroskopis bila mereka tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan dengan mikroskop.

Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis tugas (task analysis) dengan cara:
(1) Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi. Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
(2) Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
(3) Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
(4) Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.

4. Merencanakan Alokasi Waktu

Perencanaan alokasi waktu dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sangat vital. Kemampuan guru mengenali seberapa kemampuan dan bakat siswa untuk mengikuti suatu pembelajaran langsung dengan materi tertentu akan sangat membantu penetuan alokasi waktu yang sesuai. Pada umumnya guru yang kurang berpengalaman (guru yang masih muda) cenderung memberikan alokasi waktu yang terlalu sedikit. Mereka menaksir terlalu rendah jumlah jam yang dibutuhkan untuk mengajarkan suatu pengetahuan atau keterampilan.

Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus mempertimbangkan:
a. Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan siswa?
b. Pemberian motivasi kepada siswaa, sehingga semua tetap berada dalam tugas belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat, model pembelajaran langsung (direct instruction) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuntuk siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan atau demontrasi yang diberikan oleh guru.

5. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas

Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Demikian tulisan mengenai Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dari blog PTK dan Model-Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar