Blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran kali ini menyajikan tulisan tentang Implikasi Teori Behaviorisme (Tingkah Laku) dalam pembelajaran. Yuk kita simak.
Meskipun para praktisi pendidikan saat ini sangat dipengaruhi oleh Teori Belajar Konstruktivisme (Membangun Makna), ada 4 aspek dalam bidang pendidikan saat ini yang masih sangat berhubungan erat dengan Teori Belajar Behaviorisme, yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) tujuan pembelajaran; (3) asesmen; dan (4) manajemen perilaku.Teori belajar Behaviorisme memiliki aspek-aspek kelebihan karena itu masih sangat berpengaruh dalam pembelajaran di kelas.
Perencanaan Kurikulum
Di bawah ini merupakan langkah-langkah perencanaan kurikulum yang umum dilakukan oleh guru-guru pada beragam level lembaga pendidikan:
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tujuan pendidikan berdasarkan perubahan tingkah laku sebagaimana yang tersebut di atas, sangat umum digunakan dalam dunia pendidikan meskipun aplikasinya lebih nampak ketika tingkah laku lebih mudah teramati. Penggunaannya menjadi lebih sulit ketika diaplikasikan pada pemikiran internal (dalam otak) dan proses berpikir internal sesorang. Tujuan pembelajaran adalah sebuah pernyataan eksplisit tentang apa yang akan pebelajar dapat lakukan sebagai hasil dari menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tujuan pembelajaran terdiri dari:
Asesmen
Seringkali dianggap bahwa asesmen yang efektif haruslah tes kinerja tentang tingkah laku yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran pada kondisi (syarat) yang sama dengan kondisi saat mereka belajar / mempelajari tingkah laku tersebut. Contoh, jika tujuan pembelajaran menyatakan bahwa seorang calon tukang kayu akan dapat memasang sebuah daun pintu, maka asesmen haruslah meminta calon tukang kayu untuk memasang daun pintu daripada meminta calon tukang kayu menjelaskan teknik memasang daun pintu dalam ujian tertulis.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme mungkin juga terlihat jelas pada asesmen berdasarkan kriteria (criterion referenced assessment). Saat pebelajar diases dengan asesmen berdasarkan kriteria, dimungkinkan untuk melihat bahwa semua yang dilakukan oleh pebelajar telah memenuhi semua kriteria yang dimaksudkan pada tingkat yang memuaskan. Prinsip-prinsip behaviorisme juga berguna sebagai bagian dari tes formatif, yang merupakan sebuah tes yang dirancang untuk menyediakan feed back (umpan balik) baik untuk pebelajar maupun untuk guru itu sendiri. Formatif asesmen dapat memotivasi pebelajar.
Manajemen Tingkah Laku
Mengubah atau menguatkan tingkah laku pebelajar adalah tujuan pembelajaran kebanyakan program pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Sebagai bagian dari proses manajemen tingkah laku, guru dapat menggunakan teknik operant-conditioning, yang telah diklaim oleh Skinner paling efektif untuk memberikan motivasi belajar (Skinner 1969). Penguatan positif (postive reinforcement) atau penggunaan pujian sebagai pemotivasi merupakan dasar dari pemberian reward kepada pebelajar. Penguatan dapat berupa:
Pebelajar mungkin selalu mencoba menghindari tertangkap basah melakukan kegiatan / tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan guru. Penggunaan sanksi atau konsekuensi adalah hukuman yang diperbolehkan karena strategi ini merupakan bagian dari teknik operant-conditioning.
Meskipun para praktisi pendidikan saat ini sangat dipengaruhi oleh Teori Belajar Konstruktivisme (Membangun Makna), ada 4 aspek dalam bidang pendidikan saat ini yang masih sangat berhubungan erat dengan Teori Belajar Behaviorisme, yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) tujuan pembelajaran; (3) asesmen; dan (4) manajemen perilaku.Teori belajar Behaviorisme memiliki aspek-aspek kelebihan karena itu masih sangat berpengaruh dalam pembelajaran di kelas.
Perencanaan Kurikulum
Di bawah ini merupakan langkah-langkah perencanaan kurikulum yang umum dilakukan oleh guru-guru pada beragam level lembaga pendidikan:
- Mengidentifikasi kebutuhan pada program
- Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran pada program
- Mendaftar tujuan pembelajaran secara akurat
- Mengkategorikan tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom
- Membagi materi ajar ke dalam unit-unit atau bagian-bagian yang lebih kecil
- Secara hati-hati mengurutkan unit-unit tersebut di atas
- Menyediakan banyak kesempatan untuk latihan-latihan untuk memperkuat ikatan stimulus-respon
- Memastikan bahwa pebelajar memberikan respon (melakukan sesuatu)
- Mengamati dan mengases perubahan perilaku
- Memberikan umpan balik (feed back) kepada pebelajar
- Menguatkan (reinforce) perilaku yang sudah benar dengan penghargaan (reward)
- Mengevaluasi keefektifan program
- Memodifikasi dan memperbaiki program
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tujuan pendidikan berdasarkan perubahan tingkah laku sebagaimana yang tersebut di atas, sangat umum digunakan dalam dunia pendidikan meskipun aplikasinya lebih nampak ketika tingkah laku lebih mudah teramati. Penggunaannya menjadi lebih sulit ketika diaplikasikan pada pemikiran internal (dalam otak) dan proses berpikir internal sesorang. Tujuan pembelajaran adalah sebuah pernyataan eksplisit tentang apa yang akan pebelajar dapat lakukan sebagai hasil dari menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tujuan pembelajaran terdiri dari:
- Aksi, yang diekspresikan dengan kata kerja tingkah laku yang tepat
- Konteks, yang memerlukan referensi syarat (kondisi) dari tingkah laku
- Ambang batas, yang merupakan suatu indikasi untuk menunjukkan bahwa suatu tingkah laku dapat diterima / dianggap benar
Asesmen
Seringkali dianggap bahwa asesmen yang efektif haruslah tes kinerja tentang tingkah laku yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran pada kondisi (syarat) yang sama dengan kondisi saat mereka belajar / mempelajari tingkah laku tersebut. Contoh, jika tujuan pembelajaran menyatakan bahwa seorang calon tukang kayu akan dapat memasang sebuah daun pintu, maka asesmen haruslah meminta calon tukang kayu untuk memasang daun pintu daripada meminta calon tukang kayu menjelaskan teknik memasang daun pintu dalam ujian tertulis.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme mungkin juga terlihat jelas pada asesmen berdasarkan kriteria (criterion referenced assessment). Saat pebelajar diases dengan asesmen berdasarkan kriteria, dimungkinkan untuk melihat bahwa semua yang dilakukan oleh pebelajar telah memenuhi semua kriteria yang dimaksudkan pada tingkat yang memuaskan. Prinsip-prinsip behaviorisme juga berguna sebagai bagian dari tes formatif, yang merupakan sebuah tes yang dirancang untuk menyediakan feed back (umpan balik) baik untuk pebelajar maupun untuk guru itu sendiri. Formatif asesmen dapat memotivasi pebelajar.
Manajemen Tingkah Laku
Mengubah atau menguatkan tingkah laku pebelajar adalah tujuan pembelajaran kebanyakan program pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Sebagai bagian dari proses manajemen tingkah laku, guru dapat menggunakan teknik operant-conditioning, yang telah diklaim oleh Skinner paling efektif untuk memberikan motivasi belajar (Skinner 1969). Penguatan positif (postive reinforcement) atau penggunaan pujian sebagai pemotivasi merupakan dasar dari pemberian reward kepada pebelajar. Penguatan dapat berupa:
- Materi, berupa hadiah atau award
- Sosial, seperti perhatian guru, atau pujian
- Hal yang berkaitan dengan aktivitas, seperti kesempatan untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Pebelajar mungkin selalu mencoba menghindari tertangkap basah melakukan kegiatan / tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan guru. Penggunaan sanksi atau konsekuensi adalah hukuman yang diperbolehkan karena strategi ini merupakan bagian dari teknik operant-conditioning.
0 komentar:
Posting Komentar