Telah banyak penelitian yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pada zaman sekarang ini, saling ketergantungan antar individu sebenarnya adalah hal yang mat mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, banyak orang tidak menyadarinya secara gamblang. Berkaitan dengan ini, adalah merupakan suatu hal teramat penting untuk mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa kita untuk belajar bekerjasama dalam hubungan yang saling menguntungkan. Mereka harus terampil dalam hubungan interdependensi (saling ketergantungan) yang bersifat positip.
Interdependensi positip dalam diri setiap siswa dapat dibangun melalui latihan-latihan di sekolah, yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ini, siswa akan belajar bagaimana bekerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Kesuksesan untuk mencapapai tujuan bersama ini sangat bergantung pada hubungan dan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka akan sukses atau gagal bersama dalam sebuah pembelajaran bersetting kooperatif.
Biasanya, karena adanya keinginan bersama untuk sukses dalam mencapai tujuan, siswa-siswa dalam sebuah kelompok akan bekerja sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan anggota-anggota kelompok lainnya yang juga sudah berusaha sebaik-baiknya. Mereka akan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap kelompoknya sebagai bentuk akuntabilitas individu. Upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, yang seringkali dilakukan dengan upaya keras, akan memicu munculnya motivasi intrinsik dalam diri mereka.Hal ini memang disebut oleh Johnson et al (1993) bahwa pembelajaran yang disetting dalam kelompok-kelompok kooperatif berukuran kecil (biasanya 3 - 6 orang) akan membuat masing-masing siswa anggota kelompok akan lebih aktif dalam pembelajaran. Sementara Biehler dan Snowman (1997), menyatakan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara otomatis akan meningkatkan motivasi intrinsik mereka, dengan catatan, bahwa tugas kelompok yang diberikan bersifat saling ketergantungan (ada interdependensi) dan akuntabilitas setiap tugas anggota kelompok jelas.
Referensi:
Biehler, R., & Snowman, J., 1997. Psychology Applied to Teaching. Boston: Houghton Mifflin Co.
Johnson, D., Johnson, R. & Holubec, E., 1993. Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn & Bacon.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas: Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
Pada zaman sekarang ini, saling ketergantungan antar individu sebenarnya adalah hal yang mat mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, banyak orang tidak menyadarinya secara gamblang. Berkaitan dengan ini, adalah merupakan suatu hal teramat penting untuk mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa kita untuk belajar bekerjasama dalam hubungan yang saling menguntungkan. Mereka harus terampil dalam hubungan interdependensi (saling ketergantungan) yang bersifat positip.
Interdependensi positip dalam diri setiap siswa dapat dibangun melalui latihan-latihan di sekolah, yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ini, siswa akan belajar bagaimana bekerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Kesuksesan untuk mencapapai tujuan bersama ini sangat bergantung pada hubungan dan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka akan sukses atau gagal bersama dalam sebuah pembelajaran bersetting kooperatif.
Biasanya, karena adanya keinginan bersama untuk sukses dalam mencapai tujuan, siswa-siswa dalam sebuah kelompok akan bekerja sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan anggota-anggota kelompok lainnya yang juga sudah berusaha sebaik-baiknya. Mereka akan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap kelompoknya sebagai bentuk akuntabilitas individu. Upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, yang seringkali dilakukan dengan upaya keras, akan memicu munculnya motivasi intrinsik dalam diri mereka.Hal ini memang disebut oleh Johnson et al (1993) bahwa pembelajaran yang disetting dalam kelompok-kelompok kooperatif berukuran kecil (biasanya 3 - 6 orang) akan membuat masing-masing siswa anggota kelompok akan lebih aktif dalam pembelajaran. Sementara Biehler dan Snowman (1997), menyatakan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara otomatis akan meningkatkan motivasi intrinsik mereka, dengan catatan, bahwa tugas kelompok yang diberikan bersifat saling ketergantungan (ada interdependensi) dan akuntabilitas setiap tugas anggota kelompok jelas.
Referensi:
Biehler, R., & Snowman, J., 1997. Psychology Applied to Teaching. Boston: Houghton Mifflin Co.
Johnson, D., Johnson, R. & Holubec, E., 1993. Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn & Bacon.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas: Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
- Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas VIII SMPN 8 Malang Semester II Tahun 2008/2009.
- Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Melalui Media CD Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMPN 1 Jaten Tahun Pelajaran 2010/2011.
0 komentar:
Posting Komentar