Jumat, 30 Maret 2012

Laporan Penelitian: Lesson Study IPA

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI LESSON STUDY

Parmin, Parmin (2009) AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI LESSON STUDY. VARIA PENDIDIKAN, 21 (1). pp. 1-11. ISSN 0852-0976
Sebagian isi makalah/jurnal/laporan:
Aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi salah satu bagian yang penting dalam proses pembelajaran IPA. Pengamatan awal di dua madrasah. Pembelajaran IPA belum berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran lesson study diterapkan. Kegiatan pendampingan dan observasi berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual
learning. Lesson study menjadi pilihan memenuhi kebutuhan siswa. Tahapan refleksi (see) melalui strategi ini akan memberikan berbagai masukan dari observer, tentang pembelajaran yang diarahkan pada bagaimana siswa belajar IPA yang kontekstual.
Belajar IPA yang kontekstual berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis Pembelajaran IPA menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, dan alam sekitar serta prospek pengembangan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas, 2006: 14).
Konsep IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA secara bijaksana tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA ada penekanan yang menghubungkaitkan unsur SaLingTeMas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Binadja, 2000: 8).
Pembelajaran IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses IPA. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat, dan bahan secara baik dan benar dengan mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan dan
tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pembelajaran IPA dilaksanakan secara ikuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan kerja ilmiah dan sikap ilmiah...........baca selengkapnya tulisan ini langsung dari sumber aslinya di sini.
Baca Selengkapnya

Laporan penelitian Kualitatif: Mata Pelajaran Akuntasi

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

PROFIL PERILAKU KOPING DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA SMK BATIK I SURAKARTA

Sutrisno, Budi and Eprilia, Ummi Hany (2008) PROFIL PERILAKU KOPING DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA SMK BATIK I SURAKARTA. VARIA PENDIDIKAN, 20 (1). pp. 40-49. ISSN 0852-0976
Sebagian isi makalah/jurnal:
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan seting observasi dan wawancara secara mendalam kepada 9 orang siswa kelas 1, dari beberapa siswa yang melakukan koping dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi. Penunjukan 9 orang tersebut didasarkan pada pengamatan awal, dan informasi guru mata pelajaran. Wawancara kepada guru akuntansi kelas 1, difokuskan pada aspek materi dan pola pembelajaran yang diterapkan sampai dengan model asesmen dan evaluasinya, termasuk kendala yang sering muncul dalalm pelaksanaannya. Di samping itu obervasi dan dokumentasi, dilakukan untuk pengumpulan data sekunder yang menyangkut profil sekolah.
Analisis data mengunakan model “the constant comparative methode” (Usman & Akbar, 2001 : 32), dengan mengidentifikasi suatu fokus kegiatan siswa di sekolah yang menyangkut perilaku koping dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi, seperti “bagaimana masalah itu terjadi, dalam kondisi dan lokasi yang bagaimana, tentang apa, dan kepada siapa, mengapa itu terjadi, serta bagaimana menghadapi kondisi masalah itu” dengan tidak mengabaikan proses trianggulasi sumber.
Pemilihan pendekatan kualitatif berdasarkan pada pertimbangan bahwa gejala dalam penelitian ini merupakan serangkaian proses penerapan strategi koping oleh siswa dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi. Pada pendekatan ini, kehadiran peneliti dilaksanakan secara wajar sebagaimana adanya, dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif (Usman & Akbar, 2001 : 81); Muhajir (2002:75). ..........baca selengkapnya langsung dari sumber aslinya.



Baca Selengkapnya

Minggu, 18 Maret 2012

Laporan PTK : Model Pembelajaran Kooperatif TAI

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TAI (Team Assisted Individualization) DILENGKAPI MODUL DAN PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENENTUAN DH REAKSI SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

Oleh : Sri Retno Dwi Ariani, Bakti Mulyani dan Fema Yulianingrum
Prodi Kimia P. MIPA FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Abstract : The aim of this research was to improve the achievement of student in the determination of ÄH reaktion subject with TAI (Team Assisted Individualization), then completed with module and portofolio assesment. The subject of this experiment was the student grade XI-IA1 SMA Negeri Karangpandan Karanganyar Central Java 2007/2008. This research was a Classroom Action Research (CAR) conducted into two cycles. The steps of each cycle were planning, acting, observing and reflecting. The data were received from observing, interviewing with teacher, researching the difficulty study in chemistry and the student response of chemistry study. This experiment used descriptive qualitative method. The result of the experiment approved that the use of study with TAI method teaching that completed with module and portofolio assesment could improve the achievement of student in the determination of ÄH reaktion subject. This can be proved from initial test, the first cycle and the second cycle. On the initial test the student ability to accomplish the test is about 32% in average and increase to 50.0 % in the first cycle and 66.0 % in the second cycle. The completion of study in initial test was 0.0 %, to increase 37.0 % in the first cycle and 72.0% in the second cycle.

Keywords: Team Assisted Individualization, Classroom Action Research module, and portofolio

Pendahuluan
Sistem pendidikan nasional dewasa ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat seiring dengan era globalisasi. Pendidikan mempunyai peran penting dalam perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Pendidikan sebagai proses belajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Upaya peningkatan mutu pendidikan telah lama dilakukan, salah satunya adalah dengan mengadakan
perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum...............baca selengkapnya makalah tentang Laporan PTK model pembelajaran kooperatif TAI ini langsung dari sumber aslinya.
Baca Selengkapnya

Laporan Penelitian Deskriptif Evaluatif tentang MBS

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH (MPMBS) DI SEKOLAH DASAR LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Oleh: R.M. Lolowang
Universitas Kristen Indonesia (UKI) Tomohon
Jl. Kakas Kasen III, Kampus Ukit, Kotak Pos 34, Tomohon,

Abstract: This research aims at laping open the Management Implementation of Make-Up Of Quality Based on the School (MPMBS) in Regional SD Branch On Duty P&K Bolaang Mongondow. This Research descriptive evaluative having the character of eksplorative. This research respondent is all headmasters every school is taken as research object. Pursuant to result of inferential solution and research that implementation MPMBS at 9 school blaze the way in region Branch On Duty P&K Bolaang Mongondow enough succeed the core important in transparency, independence, cooperation, accountability and continueing programme, where SD of Private sector of Hang Tuah be at the category very success with the value 94,4%. While if evaluated from background (context), input, process and also output, it hence concluded by that ninth of the school own the potency which enough support the implementation MPMBS.

Keywords: Implementation, MPMBS, and Quality

Pendahuluan
Akhir-akhir ini, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menjadi tren dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, bahkan Mendiknaspun dalam Konaspi IV di Jakarta telah menyetujui untuk diberlakukannya MBS sebagai salah satu pendekatan peningkatan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ini, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake-holders) terhadap bidang pendidikan yakni orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan) dan institusi sosial lain seperti dunia usaha atau dunia industri.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung oleh kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang lebih maju dari tahun ke tahun. Karena itu, hubungan baik antara guru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana pekerjaan yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta didik.

Dalam kerangka inilah dirasakah perlu adanya terobosan dan konsep baru adalah MBS. Implementasi MBS secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan.

Wibawa kepala sekolah harus ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Lebih lanjut, kepala........baca Makalah ini selengkapnya langsung dari sumber aslinya.

Baca Selengkapnya

Senin, 12 Maret 2012

Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar

Telah banyak penelitian yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Pada zaman sekarang ini, saling ketergantungan antar individu sebenarnya adalah hal yang mat mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, banyak orang tidak menyadarinya secara gamblang. Berkaitan dengan ini, adalah merupakan suatu hal teramat penting untuk mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa kita untuk belajar bekerjasama dalam hubungan yang saling menguntungkan. Mereka harus terampil dalam hubungan interdependensi (saling ketergantungan) yang bersifat positip.

Interdependensi positip dalam diri setiap siswa dapat dibangun melalui latihan-latihan di sekolah, yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ini, siswa akan belajar bagaimana bekerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Kesuksesan untuk mencapapai tujuan bersama ini sangat bergantung pada hubungan dan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka akan sukses atau gagal bersama dalam sebuah pembelajaran bersetting kooperatif.

Biasanya, karena adanya keinginan bersama untuk sukses dalam mencapai tujuan, siswa-siswa dalam sebuah kelompok akan bekerja sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan anggota-anggota kelompok lainnya yang juga sudah berusaha sebaik-baiknya. Mereka akan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap kelompoknya sebagai bentuk akuntabilitas individu. Upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, yang seringkali dilakukan dengan upaya keras, akan memicu munculnya motivasi intrinsik dalam diri mereka.Hal ini memang disebut oleh Johnson et al (1993) bahwa pembelajaran yang disetting dalam kelompok-kelompok kooperatif berukuran kecil (biasanya 3 - 6 orang) akan membuat masing-masing siswa anggota kelompok akan lebih aktif dalam pembelajaran. Sementara Biehler dan Snowman (1997), menyatakan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara otomatis akan meningkatkan motivasi intrinsik mereka, dengan catatan, bahwa tugas kelompok yang diberikan bersifat saling ketergantungan (ada interdependensi) dan akuntabilitas setiap tugas anggota kelompok jelas.

Referensi:
Biehler, R., & Snowman, J., 1997. Psychology Applied to Teaching. Boston: Houghton Mifflin Co.

Johnson, D., Johnson, R. & Holubec, E., 1993. Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn & Bacon.

Contoh Penelitian Tindakan Kelas: Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
  1. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas VIII SMPN 8 Malang Semester II Tahun 2008/2009.
  2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Melalui Media CD Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMPN 1 Jaten Tahun Pelajaran 2010/2011.

Baca Selengkapnya

Sabtu, 10 Maret 2012

Laporan Penelitian: Pengaruh Metode Hypnoteching Terhadap Hasil Belajar Siswa

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Judul Penelitian:
PENGARUH METODE HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON II NO.241 SURAKARTA TAHUN 2011/2012

Jenis Penelitian :
FREE EXPERIMENTAL DESIGN berbentuk ONE GROUP PRE TEST POST TEST DESIGN

Peneliti:
RUDY ARYANTO

Download Bagian-Bagian Laporan Penelitian Free Experimental Design : One Group Pre Test - Post Test Design ini:
Link HALAMAN DEPAN
Link Bab I
Link Bab II (hanya untuk staf UMS)
Link Bab III (hanya untuk staf UMS)
Link Bab IV (hanya untuk staf UMS)
Link Bab V (hanya untuk staf UMS)
Link Daftar Pustaka
Link Lampiran (hanya untuk staf UMS)

Semoga link laporan dari sumber aslinya tentang metode hypnoteaching di SD untuk meningkat hasil belajar tersebut dapat bermanfaat.

Baca Selengkapnya

Jumat, 09 Maret 2012

Laporan PTK Matematika SMP


Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

JUDUL SKRIPSI dengan bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas):
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI EVERYONE IS ATACHER HERE (PTK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KARTASURA)

Oleh: Dewi Ari Septian Ningrum
(Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Link Halaman Depan
Link Bab I
Link Bab II (terbatas untuk staf UMS saja)
Link Bab III (terbatas untuk staf UMS saja)
Link Bab IV (terbatas untuk staf UMS saja)
Link Bab V (terbatas untuk staf UMS saja)
Link Daftar Pustaka
Link Lampiran-Lampiran (terbatas untuk staf UMS saja)

Anda dapat mendownload bagian-bagian dari laporan PTK matematika SMP di atas melalui link langsung yang diarahkan pada sumber aslinya. Semoga bermanfaat.
Baca Selengkapnya

Sabtu, 03 Maret 2012

Laporan Penelitian: Kompetensi Profesional Guru

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Risminawati, Risminawati (2007) KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KEBERHASILAN SLTP MUHAMMADIYAH DI KOTA SURAKARTA. VARIA PENDIDIKAN, 19 (2). pp. 139-155. ISSN 0852-0976

 Abstract: This research aims at knowing: (1) headmasters democratic leadership toward school success, ((2) teachers professional competence toward School Success, and (3) both headmasters democratic leadership and teachers professional competence toward School Success. The subjects of the research were 130 teachers taken from the total population of 197 Muhammadiyah junior high school in Surakarta.The samples were taken by means of the proportional random sampling technique.All the data were collected by means of questioners and the collected data were analized using the multi linier regression analysis technique with the help of the SPSS 10. The result of the research shows that firstly there is a significant contribution of democratic headmasters leadership toward School Success. This can be seen from the finding that t0 4.963 is higher than the t table 1.655. Secondly, there is a significant contribution of Teachers Professional Competence toward School Success, and this can be seen from the finding that the t0 6.006 is higher than the t table 1.655. Thirdly, there is a significant contribution of both democratic headmasters leadership and teachers professional competence toward school success, and this can be seen from the finding that the f0 48.675 is higher than the table f table 3.05. In addition, the contribution of variable democratic headmasters leadership to school success is 11 % and the contribution of teachers professional competence to school success is 32.4 %. This research comes to the conclusion that the democratic style of headmasters leadership and teacher professional competence give significant contribution toward school success.This finding implies that the more democratic the style of the leadership of the headmaster of a school is and the better the professional competence of the teacher is, the more successful the school is.Therefore, this study suggests that in order to create a success in a school the headmaster of the school should improve their democratic leadership and the teacher o the school should improve their professional competence.

Keywords: democratic leadership, teacher’s professional competence, and school success.

Pendahuluan
Salah satu masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah air saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan. Isu mutu pendidikan akan selalu menarik perhatian karena masa depan bangsa tergantung kepada kualitas pendidikan, terutama di saat memasuki era globalisasi.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah. Beberapa di antaranya adalah peningkatan pelatihan kependidikan, pengembangan dan perbaikan kurikulum, pengadaan sumber-sumber belajar, dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Meskipun upaya-upaya ini telah dilakukan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Tampaknya ada satu faktor yang selama ini belum mendapatkan perhatian yang setara dengan faktor-faktor lain, yaitu manajemen pendidikan.

Salah satu wujud manajemen pendidikan yang cukup penting tetapi masih kurang tersentuh dalam program pembangunan pendidikan adalah kepemimpinan kepala sekolah (Alhadza, 2003:2). Selanjutnya dikemukakan bahwa sebesar apapun input sekolah ditambah atau diperbaiki, outputnya tidak akan optimal, apabila faktor kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan pengelola terdepan tidak memperoleh perhatian serius.

Syafaruddin (2002:49) mempertegas bahwa upaya memperbaiki kualitas dalam suatu organisasi (sekolah) sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan jika pimpinan (kepala sekolah) benar-benar berkualitas.

Kepala sekolah sebagai salah satu komponen sekolah memegang peran sentral dalam menghimpun, memanifestasikan dan menggerakkan secara optimal seluruh potensi dan sumber daya yang terdapat di sekolah menuju tujuan yang ditetapkan.. Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di harapkan memiliki karakter-karakter dan ciri-ciri khas yang mencakup: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, diklat dan keterampilan profesional, pengetahuan administrasi dan pengawasan
kompetensi kepala sekolah (Wahjosumidjo, 2002:110). Beberapa karakteristik kepala sekolah yang profesional seperti dikemukakan di atas tampaknya belum sepenuhnya dimiliki oleh kepala sekolah pada umumnya, khususnya SLTP Muhammadiyah di Surakarta.

Wason dalam Eko Suprianto (2003:29) mengatakan bahwa karakteristik kepala sekolah akan mempengaruhi secara signifikan iklim sekolah. Dengan berasumsi bahwa kepala sekolah adalah pemimpin sekolah maka secara kausalitas pengaruh kepemimpinanya akan mewarnai seluruh sistem pendidikan di sekolah. Oleh karena ..................baca Makalah ini secara lengkap langsung dari sumber aslinya di sini.


Baca Selengkapnya

Laporan Penelitian Kualitatif: Kelompok Belajar Informal

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI KELOMPOK BELAJAR INFORMAL: Studi Kelompok Informal Siswa SMA di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia

Harsono
Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi
FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Tromol Pos I Surakarta 57102

Abstract: We realized the need of increasing study achievement for the students. School has the obligation for increasing study achievement for all of the students, including students who have serious problem in study. The characteristic of them, such as: passive, irritate, not focus in study, afraid, and avoid the teachers and counselor. The research used ethnography approach, choosinghuman resources and guidance teachers, collecting data used in dept interview. Data analysis model is done with regularly data. The research result shows that students study achievement can be increased by giving a good chance to find out suitable friends, to take a part in school organization, an opportunity to perform, and the need of achievement.

Keywords: achievement and learning informal groups.

Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan agar pendidikan nasional dapat berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan diperuntukan semua. Pedidikan dilakukan sepanjang masa. Sepanjang hidupnya, semua warga negara berhak atas pendidikan yang layak bagi dirinya, keluarganya, dan anak-anaknya.

Kualitas suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dengan kualitas individual masing-masing warga negara (Tilaar,2000;32). Warga negara yang berkualitas dapat dipastikan memiliki prestasi akademik yang unggul di sekolahnya. Bila anak yang ber-IQ tinggi, maka untuk pemahaman suatu konsep hanya membutuhkan waktu tidak lama. Nila semakin rendah IQ anak, maka kebutuhan waktu untuk penguasaan suatu konsep makin lama. Meskipun demikian, EQ anak yang tinggi akan bermanfaat pada anak yang ber-IQ rendah dalam mempercepat penguasaan terhadap suatu konsep. Konsep IQ dan EQ dapat dihiraukan, namun kita sadar bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk berprestasi.

Kelancaran komunikasi antara dua orang atau lebih cenderung dipengaruhi oleh kesamaan IQ dan EQ antara dua orang atau lebih yang berkomunikasi. Jika satu orang memiliki IQ dan EQ lebih tinggi dibandingkan yang lain, maka akan terjadi hambatan komunikasi. Hal serupa terjadi juga di depan kelas, jika siswa memiliki IQ dan EQ lebih tinggi ketimbang gurunya, atau sebaliknya, maka akan ada hambatan komunikasi, maka kegagalan dalam proses pembelajaran.

Anak-anak yang gagal ini, jika sekolah tidak memiliki sarana dan kemampuan cukup untuk memahami karakteristik siswa, maka terjadi kecenderungan penempatan siswa sebagai siswayang gagal (Jorissen, 2002:12). Pemberian status sebagai siswa yang gagal akan berakibat fatal pada aspek psikologis, sosiologis siswa, siswa akan stress, minder, terkucilkan dari kelompok, tidak memiliki teman, tidak percaya diri, dan
makin dekat dengan kegagalan (Grant, 2002:319).

Kota Boyolali merupakan salah satu kota di Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak di sebelah barat kota tua Surakarta. Penduduk Boyolali memiliki perilaku yang unik, mudah tersinggung dan mudah marah. Hal itu terjadi, ketika mereka merasa harga diri terganggu. Sifat itu secara naluri berlangsung....l................Baca makalah ini secara lengkap langsung dari sumber aslinya di sini.

Baca Selengkapnya

Laporan PTK: Pendekatan Proses

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

PENERAPAN PENDEKATAN PROSES PADA PEMBELAJARAN MENULIS BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

A. Dahlan Rais
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami Surakarta

Abstract: The aims of this research are to describe: (1) the process approach applied in the learning process of English writing class at SMP Negeri 2 Jaten, (2) the problems faced by the teacher as well as the students, and (3) the actions to solve them. This research belongs to descriptive qualitative research which covers: incidents (the learning process of the writing class), informants (the English teacher and the students of IX grade), and documents (students’ writings and writing-score archives) as the source data. The techniques of data collection used were observation and interview. To validate the data, this researcher used triangulation method and member-check. The interactive model was applied. The results of the research are as follows: the process approach had not been applied in the teaching process of English writing although the teacher had tried to. It is due to the fact that the teacher had not fully understood about the concept of the process approach in learning writing. In addition, the teacher got some difficulties to provide appropriate media and materials. Meanwhile, the students were lack of English competence, interest, and motivation in learning writing. To overcome the problems the teacher should assign the students homeworks and writing exercises both individually and in groups, and send the teacher to attend the up-grading courses. However, there was no significant effort done by the teacher or school committee to solve the problems.

Keywords: process approach, learning writing, and English competence.

Pendahuluan
Untuk meningkatkan mutu kemampuan berbahasa Inggris secara produktif para pelajar perlu dilakukan berbagai pembenahan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara formal, upaya pertama yang harus segera dibenahi adalah sistem pengajarannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dewasa ini sistem pengajaran yang berjalanmasih secara tradisional sehingga menghambat para pelajar untuk dapat belajar secara aktif dan kreatif. Sistem pengajaran seperti itu tidak mampu menciptakan hasil didik yang diidam-idamkan, terutama untuk bidang-bidang keterampilan. Dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional memang lebih menonjol sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat.

Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama bidang keterampilan berbahasa, seperti menulis, diperlukan pendekatan pengajaran yanglebih menekankan pada aktivitas belajar dan kreativitas para siswa. Adapun suatu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar menulis seperti itu adalah dengan menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya proses belajar bagi subjek didik, yakni pendekatan proses, bukan pendekatan tradisional. Ini disebabkan pada pendekatan proses yang menjadi fokus pembelajarannya adalah proses maupun produk menulis, sedangkan pada pendekatan tradisional adalah produknya saja. Karena itulah dalam kurikulum yang berlaku saat ini, bahkan kurikulum sebelumnya pun telah tercantum masalah penerapan pendekatan proses.

Dengan pendekatan tradisional, guru sudah menyiapkan satu atau dua judul karangan untuk para siswanya. Setelah waktu yang ditentukan selesai, guru akan mengumpulkan hasil karangan siswa tersebut dan selanjutnya melakukan koreksi (teacher correction) dan memberi nilai. Seringkali tulisan tersebut membuat guru atau siapa pun .........................Baca makalah lengkap langsung dari sumber aslinya di sini.



Baca Selengkapnya

Jumat, 02 Maret 2012

Perkembangan Menurut Psikologi

Istilah perkembangan dalam psikologi pendidikan mengacu pada beberapa perubahan yang terjadi pada manusia. Perubahan yang dimaksud di sini bukan perubahan dalam segala hal, tetapi lebih mengacu pada kenampakan secara urut dan bersifat tetap bertahan sampai periode waktu tertentu.

Perkembangan manusia dapat dibagi ke dalam sejumlah aspek meliputi: perkembangan fisik, perkembangan personal, perkembangan sosial, dan perkembangan kognitif. Perkembangan fisik berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh. Perkembangan personal berkaitan dengan perubahan kepribadian. Perkembangan sosial berkaitan dengan bagaimana cara seseorang berhubungan dengan orang lain. Dan perkembangan kognitif mengacu pada perubahan dalam berpikir.

Beberapa prinsip umum tentang perkembangan manusia menurut psikologi pendidikan adalah sebagai berikut:
  1. Setiap orang memiliki laju perkembangan yang berbeda-beda. Pada setiap ruang kelas, kita akan dengan mudah melihatbahwa setiap peserta didik memiliki tingkat perkembangan yang tidak sama. Beberapa siswa mungkin terlihat bertubuh besar, sementara yang lainnya bertubuh lebih kecil. Beberapa siswa mungkin dapat terkoordinasi dengan baik sementara yang lain belum. Dan, beberapa orang siswa mungkin tampak dapat berpikir secara dewasa dibanding siswa lainnya. Perbedaan kecepatan perkebangan pada anak didik adalah hal yang sangat wajar, selama perbedaan itu menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu jauh terlambat atau terlalu jauh maju dari tingkat perkembangan seharusnya.
  2. Perkembangan terjadi relatif secara berurutan. Setiap orang umumnya mengembangkan suatu kemampuan terlebih dahulu sebelum ia mengembangkan kemampuan lainnya. Pada masa kanak-kanak, mereka lebih dahulu belajar duduk, baru kemudian berjalan, mengoceh sebelum berbicara, dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri sebelum mereka dapat melihat dari sudut pandang orang lain. Siswa di sekolah, terlebih dahulu harus belajar penjumlahan sebelum mempelajari aljabar.
  3. Perkembangan terjadi secara bertahap. Sangat jarang terjadi suatu perubahan atau perkembangan dalam waktu semalaman. Semua perkembangan membutuhkan waktu. Seorang anak yang tidak dapat memegang pensil dengan baik, atau siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan bersifat hipotetis akan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ini secara bertahap dan butuh waktu.
Berhubungan:
Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran
Scaffolding: Contoh Implementasi pada Anak Usia Dini
Teori Piaget
Teori Vygotsky
Baca Selengkapnya