Selasa, 21 Februari 2012

Laporan Penelitian: Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENGATASI HETEROGENITAS KEMAMPUAN SISWA DI KELAS X SMAN 2 BANJARMASIN

Atiek Winarti
 Program Studi Pendidikan Kimia
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin 70123
 Telp./Fax. (0511) 63240

Abstract:
One of the biggest problem that teachers face in teaching is having different level of students ability in their class. The better students tend to grasp the lesson more quickly then the weaker ones. Consequently, if teachers apply a conventional teaching method in classroom, they will find difficulties in completing the materials within the planned time allotment. This matter becomes a main concern especially in SMAN 2 Banjarmasin since a heterogeneous level of student in a class gives impact on accomplishing the target materials. The research attemps to solve the problem trough a cooperative model called Team Accelerated Instruction (TAI) which combines between various individual competence and group work competence of students. It helps students who have good academic performance and are interested in chemistry to finish their materials quickly. The aims of research areto improve students comprehension in chemistry particularly in class X of SMAN 2 Banjarmasin. to develop teaching-learning process for chemistry subject in SMAN 2 Banjarmasin (3) to answer the problem dealing with heterogeneous level of students ability (40 to improve the level of completing chemistry materials (5) to encourage students interest in studying chemistry (6) to broaden teachers knowledge in teaching-learning method. This research is a classroom action research held in SMAN 2 Banjarmasin. The subjects of the research were 34 students of class X.3 in SMAN 2 Banjarmasin. The action were conducted in three cycles within thirteen times of classroom learning. The first and the second cycle consisted of four times of classroom learning, while the third cycle covered five times. The analysis of each cycle was taken based on the students achievement indicated by 75% minimum of students are able to accomplish one unit of the lesson or go forward to the next two (2) levels within four classroom learning. The finding of the research shows that (1) using TAI model in teaching learning process is helpful in handling the problem dealing with heterogeneous level of students ability and interest in studying. During the process students with high competence could finish the materials more quickly than others. (2) The three cycle action of TAI model has increased students achievement in studying effectively. (3) teaching-learning process using TAI model has successfully encourage students motivation in studying chemistry as well as cooperative learning in groups

Keywords: cooperative model, team accelerated instruction model, and heterogenity.

 Pendahuluan
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMA, pembagian jurusan dilaksa-nakan setelah siswa duduk di kelas II. Ini berarti pada tahun pertama di SMA seluruh siswa dengan minat dan kemampuan yang sangat heterogen akan duduk bersama-sama dalam satu kelas, mengikuti mata pelajaran yang sama dengan suasana kelas dan perlakuan yang sama pula.Keadaan seperti ini ternyata dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas X.

Dari hasil perbincangan dengan guru kimia di kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin, per-masalahan yang dialami siswa pada pembelajaran kimia di kelas X adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia. Di sekolah ini jumlah seluruh siswa kelas X begitu besar, yaitu 8 kelas di mana masing-masing kelas berisi 35 sampai dengan 40 orang siswa. Dari sejumlah siswa kelas X tersebut yang dapat menyelesaikan konsep dengan tuntas tanpa mengikuti remedial hanya sekitar 10 sampai 15 orang siswa perkelas, atau hanya sekitar 25-35%. Selebihnya harus mengikuti pengajaran remedial terlebih dahulu sebelum dinyatakan tuntas.

Dari hasil diskusi antar anggota peneliti disimpulkan bahwa penyebab utama dari keadaan ini adalah sangat heterogennya kemampuan akamedik dan minat siswa di kelas X. Dengan kondisi seperti ini maka pada awal-awal tahun pelajaran guru merasa kesulitan untuk mendeteksi siswa mana yang berminat dan siswa mana yang tidak berminat dengan pelajaran ini. Selain itu guru juga mengalami kesulitan dalam membe-rikan materi pelajaran. Di satu pihak guru ingin menanamkan konsep kimia secara mendalam kepada seluruh siswa, tetapi di pihak lain sebagian besar siswa ada yang merasa tak acuh terhadap pelajaran. Akibatnya guru terpaksa hanya mem-berikan materi kimia pada kulit-kulitnya saja. Hal ini tentu saja terasa tidak adil bagi siswa yang memang berminat terhadap kimia. Selain itu kece-patan siswa dalam menerima pelajaran sangat bervariasi, ada siswa yang mudah sekali mema-hami konsep, sementara banyak siswa yang lambat dalam memahami sebuah konsep.

Keadaan yang dikeluhkan guru ini mendo-rong tim peneliti untuk mencari solusi perma-salahannya. Sebab jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, yang terjadi beberapa tahun terakhir di sekolah ini adalah nilai siswa kelas Xuntuk mata pelajaran kimia relatif rendah.Berdasarkan hasil diskusi antar anggota tim peneliti dicoba solusi melalui implementasi model pembelajaran.

Solusi yang ingin diterapkan tim peneliti adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model TAI (Team Accelerated Instruction), yaitu model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara berkelompok. Dengan menggunakan model ini siswa yang memiliki kemampuan akademik baik dan minat terhadap kimia dapat menyelesaikan materi pelajaran lebih cepat daripada siswa lain. Kepada mereka diberikan materi yang lebih tinggi, sementara siswa yang lain belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Namun selain unsur individual siswa juga belajar secara kooperatif, karena predikat kelompok sangat ter-gantung dari kemampuan individual siswa. Dengan demikian diharapkan siswa yang memang berminat dan memiliki kemampuan yang tinggi terhadap kimia dapat terlayani dengan baik, se-mentara siswa yang tidak berminat dengan kimia tetap dapat belajar dengan baik melalui bantuan teman yang lain dengan sistem kooperatif.

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian tindakan ini, yaitu: “Seberapa besar model pembelajaran TAI dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terjadi akibat heterogenitas kemampuan aka-demik siswa di kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) meningkatkan penguasaan siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin terhadap konsep-konsep kimia, (2) mengatasi permasalahan pembelajaran kimia yang terjadi di kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin akibat tingginya heterogenitas siswa, (3) menumbuhkan minat siswa dalam belajar ilmu kimia, dan (4) meningkatkan wawasan guru dalam mengenal model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran

Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah: (1) memperkaya wawasan guru tentang berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dan (2) memperkenalkan kepada siswa variasi model pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran kimia. Sebagai salah satu komponen pengajaran, model atau metode pembelajaran menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen belajar yang lain.

Penggunaan model atau metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain sebagai alat motivasi ekstrinsik, model pembelajaran juga merupakan strategi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2004). Disadari bahwa daya serap siswa terhadap materi pelajaran bervariasi, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap materi pelajaran menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga ketuntasan dapat tercapai. Perbedaan daya serap ini memerlukan strategi pembelajaran yang tepat.

Perlakuan terhadap anak yang memiliki daya serap tinggi tentu saja tidak bisa disamakan dengan anak yang memiliki daya serap rendah (Djamarah, 2004). Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah (1989) guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Team Accelerated Instruction atau Team Assisted Individualization merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menggunakan tim-tim pembelajaran dengan empat anggota ber-kemampuan heterogen dan memberikan sertifikat untuk tim yang berkinerja tinggi (Slavin dalam Nur, 2005). Jika dibandingkan dengan tipe kooperatif yang lain seperti STAD dan TGT maka ketiganya memiliki persamaan dalam hal jumlah anggota kelompok dan pemberian penghargaan kelompok. Bedanya adalah bila STAD dan TGT menggunakan sebuah tatanan pengajaran tunggal untuk kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Di samping itu bila STAD dan TGT diterapkan hampir pada semua kelas III-VI, maka pada TAI siswa masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes penempatan (placement test), dan kemudian maju sesuai dengan kecepatannya sendiri.

Dalam TAI pada umumnya anggota tim bekerja pada unit-unit bahan ajar yang berbeda (Slavin dalam Nur, 2005). Siswa saling memeriksa pekerjaan teman sesama tim dengan dipandu oleh lembar jawaban dan saling mem-bantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit akhir dikerjakan tanpa bantuan teman sesama tim. Setiap minggu, guru menjumlah banyak unit yang diselesaikan oleh seluruh anggota tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lain kepada tim yang melampaui suatu skor kriteria yang didasarkan pada jumlah tes akhir yang dinyatakan tuntas itu, dengan poin ekstra untuk pekerjaan sempurna dan pekerjaan rumah yang diselesaikan dengan baik. Karena siswa memiliki tanggung jawab untuk saling memeriksa pekerjaan mereka dan mengelola aliran bahan ajar, guru dapat meng-gunakan sebagian besar waktu pelajaran untuk mempresentasikan pelajaran kepada kelompok-kelompok kecil siswa yang berasal dari berbagai tim yang sedang bekerja pada pokok bahasan yang sama.

Dalam TAI siswa memiliki dinamika motivasi yang tinggi. Siswa terdorong dan saling membantu satu sama lain agar berhasil karena mereka ingin tim mereka berhasil. Tanggung jawab individual terjamin karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor tes final, dan siswa mengerjakan tes tersebut tanpa bantuan teman sesama tim. Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil karena semua siswa telah ditempatkan sesuai dengan tingkat penge-tahuan awal mereka, sama mudahnya (atau sama sukarnya) bagi seorang siswa dengan hasil belajar rendah, untuk menyelesaikan materi yang lebih mudah dalam suatu minggu seperti yang dialami oleh seorang siswa sesama tim dengan hasil belajar tinggi untuk menyelesaikan materi yang lebih sulit.

Pada prinsipnya dalam TAI siswa bekerja pada kecepatan mereka sendiri, sehingga apabila mereka lemah dalam keterampilan-keterampilan prasyarat mereka, mereka terlebih dahulu dapat membangun sebuah landasan kuat berupa keterampilan prasyarat tersebut sebelum mereka belajar pokok bahasan lebih tinggi. Sebaliknya apabila siswa dapat belajar lebih cepat, mereka tidak perlu menunggu sisa teman sekelas mereka.

Metode
Sebagai subyek penelitian adalah kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarmasin dengan jumlah siswa 34 orang. Pertimbangan pemilihan subyek penelitian didasarkan atas tingkat heterogenitas siswanya. Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian ini adalah kelas yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, baik dalam hal kemam-puan akademis maupun keaktifan dalam belajar dan berdiskusi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Pada siklus I dan II masing-masing dilaksanakan 4 kali pembelajaran, dan pada siklus III sebanyak 5 kali pembelajaran. Materi pela-jaran pada ketiga siklus ini adalah pokok bahasan (1) Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, (2) Ikatan Kimia. Setiap siklus terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut: Pada siklus I tahap perencanaan meliputi hal-hal seperti: (1) Pembagian materi pelajaran menjadi unit-unit bahan ajar sesuai dengan tingkat kesulitan dan keluasan materi.

Ada 2 Pokok Bahasan yang diajarkan yaitu Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur; serta Ikatan Kimia; Kedua pokok bahasan ini kemudian dibagi menjadi 4 level dimana masing-masing pokok bahasan terdiri atas 2 level. Dengan demikian seluruh materi pelajaran terbagi atas 4 unit bahan ajar. (2) Penyusunan rencana pembelajaran dan ske-nario pembelajaran. (3) Penyusunan LKS, sebanyak 4 LKS sesuai dengan pembagian materi dalam renpel. (4) Penyusunan instrumen penelitian berupa soal placement test, dan soal-soal THB. (5) Penyusunan instrument afektif (6) Penyusunan instrumen observasi dan perang-kat penilaian pembelajaran kooperatif (7) Pembuatan sertifikat penghargaan tim,.........baca makalah ini dari sumber aslinya.

0 komentar:

Posting Komentar