Selasa, 31 Juli 2012

Contoh Proposal PTK : Model Pembelajaran 5E

Contoh Proposal PTK SMP

Tulisan sebelumnya di blog sederhana http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini membahas tentang apa itu model pembelajaran 5E atau yang dikenal juga dengan siklus belajar 5E. Pada tulisan yang bertajuk Model Pembelajaran 5E itu telah dibahas pula betapa model pembelajaran ini cocok dengan Standar Proses pembelajaran: EEK (Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena ketiga langkah itu teercakup pula di dalam model pembelajaran ini. Pada tulisan itu disebutkan juga beberapa kelebihan plus kekurangan dari model pembelajaran 5E (siklus belajar 5E) ini.

Proposal PTK dengan Strategi Memory Cycle

Pada tulisan kali ini, kami berupaya memberikan contoh proposal penelitian tindakan kelas (proposal ptk) yang mengusung model pembelajaran 5E ini sebagai alternatif pemecahan masalah dan menjadi dasar dilakukannya action (tindakan) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Contoh proposal PTK yang dimaksud di atas dapat di download pada situs ziddu dengan mangklik tautan berikut ini: Contoh Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang Menggunakan Model Pembelajaran 5E.

Demikian, semoga posting kali ini bermanfaat buat anda. Salam penelitian tindakan kelas.
Baca Selengkapnya

Model Pembelajaran 5E

Model Pembelajaran 5E

Bila pada pembelajaran di kelas anda siswa tampak kurang termotivasi dan anda ingin melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran agar tercipta sikap ilmiah pada diri mereka, maka tidak ada salahnya jika anda mencoba menggunakan model pembelajaran 5E. Melalui model pembelajaran 5E ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat lebih bermakna  bagi siswa.
model pembelajaran 5E
Model pembelajaran 5E
Nah, sebelum mencoba menggunakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan standar proses pembelajaran yang diamanahkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu harus memuat langkah EEK (Eksplorasi, Elaborasi,dan Konfirmasi), maka akan ada baiknya jika kita cermati terlebih dahulu sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini termasuk ke dalam kelompok siklus belajar (learning cycle),yang diberi nama berdasarkan singkatan dari huruf-huruf awal sintaks (langkah) pembelajaran.

Langkah-Langkah (Fase-Fase) Model Pembelajaran 5E

Menurut Bybee (2006), fase-fase dalam model siklus belajar 5E adalah sebagai berikut:
    1. Engagement (Persiapan). Pada fase ini guru mengasses pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dan membantu mereka untuk tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk memicu rasa ingin tahu. Kegiatan yang dilakukan harus menghubungkan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar yang akan dilakukan, mengekspos konsepsi awal yang telah dimiliki siswa, dan mengorganisasikan pemikiran siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
    2. Exploration (eksplorasi). Pada fase exploration (eksplorasi) siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi. Siswa dapat menyelesaikan kegiatan laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
    3. Explanation (penjelasan).Fase explanation (penjelasan) memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar mereka pada fase engagement (persiapan) dan exploration (eksplorasi) dan menyediakan kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-konsep, keterampilan-keterampilan proses sains, atau tingkah laku tertentu. Fase ini juga menyediakan kesempatan kepada guru untuk secara langsung menyampaikan konsep-konsep, proses-proses, atau keterampilan- keterampilan. Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase ini.
    4. Elaboration (elaborasi).Pada fase elaboration (elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan siswa. Melalui pengalaman-pengalaman belajar yang baru siswa membangun pemahaman yang lebih dalam dan luas, memperoleh informasi-informasi, dan keterampilan-keterampilan. Siswa mengaplikasikan pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan.
    5. Evaluation (evaluasi).Pada fase terakhir dari model siklus belajar 5E ini, yaitu fase evaluation (evaluasi), siswa berupaya mengasses pemahaman dan kemampuan mereka. Selain itu pada fase ini guru juga mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Kelebihan Model Pembelajaran 5E

    Menurut Wibowo (2010), penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan  sebagai berikut:
    1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
    2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
    3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna

    Kekurangan Model Pembelajaran 5E

    Adapun kekurangan penerapan model siklus belajar yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut:
    1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
    2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
    3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
    4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. 
    Contoh proposal PTK model pembelajaran 5E
    Baca Selengkapnya

    Senin, 30 Juli 2012

    Contoh Lembar Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa dalam Pembelajaran

    Contoh Lembar Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa untuk PTK

    Saat kegiatan MGMP di tempat saya beberapa hari yang lalu, ada seorang guru yang punya ide untuk meneliti melalui penelitian tindakan kelas (PTK) berkaitan dengan pertanyaan siswa. Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan salah satu indikatornya adalah adanya peningkatan frekuensi, penyebaran, dan kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

    Ketika sampai ke rumah dan ada waktu senggang, saya kepikiran bahwa ide penelitian tindakan kelas beliau itu bagus juga. Suatu pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat salah satunya dari aspek pertanyaan yang dilontarkan siswa selama pembelajaran. Makin banyak siswa bertanya dapat diasumsikan makin aktif pembelajaran itu, pun bila siswa yang bertanya menyebar (tidak siswa yang itu-itu saja yang bertanya), juga kualitas pertanyaan itu sendiri apakah berada pada level c1 saja, ataukah pada level yang lebih tinggi.

    Seandainya saya akan menggali data, sebagaimana yang kawan guru di MGMP tadi inginkan, maka saya akan menggunakan lembar observasi yang kira-kira dapat efektif menjaring semua data yang dibutuhkan tersebut. Setelah dirancang-rancang, akhirnya saya menemukan format seperti di bawah ini. Sebagai catatan, lembar observasi/pengamatan frekuensi, penyebaran, dan kualitas pertanyaan yang saya buat ini hanya contoh saja. Mungkin anda dapat merancang lembar observasi pertanyaan siswa yang lebih baik.



    contoh lembar observasi ptk
    hal 1

    contoh lembar observasi ptk
    hal 2
    Silakan klik di link berikut: Lembar Pengamatan/Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa untuk mendownload filenya dari ziddu. Anda juga dapat mengklik gambar untuk memperbesar ukuran, untuk sekilas melihat tampilan lembar observasi tersebut dalam format jpeg. Semoga bermanfaat.
    Baca Selengkapnya

    Minggu, 29 Juli 2012

    Menentukan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

    Bagaimana Cara menentukan strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran?

    Kegiatan guru saat merancang pembelajaran amatlah krusial. Salah satu bagian dari kegiatan merancang pembelajaran ini adalah menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Apabila guru memilih pendekatan, metode, strategi, dan teknik yang tidak tepat dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Sementara bila guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan baik, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran yang akan dilakukannya kemungkinan besar akan berjalan efektif.

    Nah, untuk menentukan atau memilih pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sesuai, maka guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal, seperti:

    • Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. 

    Tidak semua pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran seringkali punya kompatibilitas tertentu dengan tujuan pembelajaran tertentu. Taruh contoh mudah, bila tujuan pembelajaran adalah: Siswa dapat merakit sebuah PC, maka metode ceramah atau diskusi tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran ini, sebaliknya mungkin metode pembelajaran aktif akan berhasil.

    • Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan materi pembelajaran

      Sudah barang tentu materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sangat mempengaruhi pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Ada materi-materi yang hanya cocok diberikan melalui pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran tertentu dan tidak cocok jika diberikan melalui pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang lainnya. Misalnya jika materi pembelajaran berupa fakta maka ceramah dapat dipilih dan berfungsi dengan baik. Sedangkan materi seperti pengetahuan prosedural seperti langkah-langkah membuat kue donat cocok diberikan dengan pembelajaran langsung.
    •  Ketersediaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.

    Beberapa pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran mungkin sangat ideal untuk dipilih, tetapi sebelum benar-benar memilihnya, guru kembali harus memperhatikan ketersedian media pembelajaran, alat, bahan, dan sumber belajar. Apakah guru dapat melaksanakan suatu pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran bila alat, bahan, sumber, dan media yang diperlukan tidak tersedia?
    menentukan strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran
    Bagaimana menentukan strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran?
    • Kemampuan Siswa.

    Dalam menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran tertentu, seringkali guru juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Ada pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang mudah untuk diterapkan pada berbagai kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas siswa. Tetapi adapula pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sulit diterapkan pada siswa di kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas tertentu. Contohnya: di suatu sekolah yang sering melakukan kegiatan laboratorium, metode inkuiri atau penemuan terbimbing mungkin dapat dengan mudah dilaksanakan, tetapi pada sekolah tertentu yang sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan di laboratorium dan berlatih keterampilan proses sains, maka metode inkuiri dan penemuan terbimbing mungkin akan sulit dilaksanakan.

    • Gaya belajar siswa.

    Setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing yang mungkin berbeda satu sama lain. Oleh karena itu guru harus mempertimbangkan hal ini agar pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang dipilihnya dapat mengakomodasi semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

    • Ketersediaan waktu.

    Kadangkala waktu adalah faktor pembatas yang sangat penting dalam pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran kadangkala dalam penerapannya memerlukan waktu yang banyak, sementara pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang lain hanya membutuhkan sedikit waktu.

    • Jaminan adanya variasi.

    Guru juga harus mempertimbangan bahwa ada jaminan variasi dalam penggunaan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bosan dan mengakomodasi berbagai gaya belajar dan jenis kecerdasan yang dimiliki siswa.

    • Jaminan adanya interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.

    Interaksi antar anggota kelas, dalam hal ini antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan interaksi sesama siswa dalam pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Semakin banyak interaksi yang terjadi, dan berlangsung dari berbagai arah, maka akan semakin besar proses pembelajaran yang terjadi pada siswa. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek ini saat menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang akan digunakannya.


    Selain itu untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran yang dilaksanakannya, ada baiknya guru rajin untuk membaca berbagai literatur terkait berbagai pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sedang berkembang dan banyak digunakan dewasa ini.
    Baca Selengkapnya

    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum di Sekolah

    Apa yang dimaksud dengan kurikulum? Prinsip-prinsip apa yang harus dipenuhi saat seorang pendidik mengembangkan kurikulum? Nah, untuk menjawab kedua pertanyaan ini, marilah kita ikuti uraian dari blog ptk dan model pembelajaran berikut ini.

    Pengertian Kurikulum

    Apakah yang dimaksud dengan kurikulum?
    Kurikulum, menurut Tyler (1945) dapat didefinisikan dengan menjawab ke-4 pertanyaan berikut ini:
    1. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai di sekolah?
    2. Pengalaman pendidikan apakah yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut?
    3. Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat dikelola secara efektif?
    4. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan pendidikan ini telah dicapai?

    Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

    Kemudian, dengan demikian maka langkah-langkah pengembangan kurikulum akan meliputi:
    1. merumuskan tujuan pendidikan.
    2. menyusun pengalaman belajar.
    3. mengelola pengalaman belajar.
    4. menilai pembelajaran.

    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

    Berikutnya marilah kita beranjak kepada prinsip-prinsip yang tetap harus selalu dipegang oleh para praktisi pendidikan (misal guru) dalam mengembangkan kurikulum.

    Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

    Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:
    • Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

    Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
    • Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

    pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
    • Prinsip Efisiensidan Efektifitas.

    Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
    prinsip pengembangan kurikulum
    Apa dan bagaimana prinsip pengembangan kurikulum?
    • Prinsip Fleksibilitas

    Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
    • Prinsip Kontiunitas

    Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
    • Prinsip Keseimbangan

    Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
    • Prinsip Keterpaduan

    Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
    • Prinsip Mutu

    Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.

    Prinsip Pengembangan Kurikulum Menurut Herry Hermawan

     Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
    1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
    2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
    3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
    4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
    5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.


    Baca Selengkapnya

    Cara Mengetahui Pengetahuan Awal Siswa



    Saya yakin semua guru pasti tahu betul pentingnya kemampuan awal siswa dalam proses pembelajaran. Bila guru memolakan dan mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti suatu pembelajaran, maka tentunya apa-apa yang akan dilakukan guru saat memfasilitasi proses pembelajaran itu akan menjadi lebih efisien.

    Strategi atau Cara yang Dapat Digunakan Untuk Mengetahui Kemampuan Awal Siswa

    Ada beberapa strategi/cara yang dapat guru lakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, misalnya:
    1. Asesmen Kemampuan Awal Siswa Berbasis Kinerja /Asesmen pengetahuan awal siswa
    2. Asesmen Kemampuan Awal Mandiri (Self Assessment) /Asesmen pengatahuan awal mandiri
    3. Peta Konsep / Concept map
    kemampuan awal
    Penting bagi guru untuk mengetahui pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
    Berikut penjelasan masing-masing cara tersebut:

    Asesmen Kemampuan Awal Siswa Berbasis Kinerja 

    Cara paling reliabel dalam melakukan asesmen ini adalah dengan memberikan sebuah tugas, dapat berupa kuis, atau bentuk lain, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, yang dalam pengerjaan tugas tsb akan memerlukan penggunaan pengetahuan awal yang telah mereka miliki sebelum mengikuti pembelajaran anda. Tentunya, saat merancang kuis atau tugas tersebut, terlebih dahulu guru mengidentifikasi pengetahuan prasyarat atau keterampilan prasyarat apa yang diperlukan untuk pembelajaran yang akan dilakukan.

    Asesmen Kemampuan Awal Mandiri (Self Assessment) 

    Untuk melakukan cara yang kedua ini, guru dapat membuat sebuah angket singkat untuk evaluasi mandiri (evaluasi diri) setiap peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran. Cara ini sebenarnya relatif mudah dilakukan, karena angket yang dibuat sederhana saja. Berikut contoh angket untuk asesmen kemampuan awal mandiri:
    Beberapa Contoh Angket Sederhana Untuk Mengetahui Kemampuan Awal Siswa
    Contoh 1
    Seberapa luas pengetahuanmu tentang fotosintesis:
    1. Saya belum pernah mendengar istilah itu.
    2. Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi dan apa tujuannya.
    3. Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi, tujuannya, reaksi kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
    4. Saya pernah melakukan percobaan mengenai fotosisntesis dan memahami dengan baik pada organisme apa fotosintesis terjadi, tujuannya, reaksi kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
    Contoh 2 Seberapa akrab kamu dengan "Uji-T"?
    1. Apa ya? Saya belum pernah mendengar tentang "Uji-T"
    2. Pernah mendengar, tapi tidak tahu sama sekali apa itu "Uji-T"
    3. Sedikit sekali yang saya tahu tentang "Uji-T", pemahaman saya tidak begitu jelas tentang itu.
    4. Saya tahu apa itu "Uji-T" dan apa kegunaannya.
    5. Saya tahu apa itu "Uji-T', kapan harus digunakan, dan bagaimana menggunakannya.
    Contoh 3 Seberapa dalam pengetahuanmu tentang photoshop?
    1. Saya tak pernah menggunakannya, pernah mencoba tapi tak tahu harus bagaimana caranya.
    2. Saya dapat melakukan pengeditan sederhana dengan menggunakan photoshop.
    3. Saya dapat memanipulasi gambar dan membuat efek-efek yang saya inginkan dengan menggunakan photoshop.
    4. Saya dapat membuat gambar-gambar dengan efek-efek yang saya ingin dengan mudahnya bila menggunakan photoshop.

    Peta Konsep

    Ternyata peta konsep dapat dijadikan alat untuk mengecek pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Caranya, tuliskan sebuah kata kunci utama tentang topik yang akan dipelajari hari itu di tengah-tengah papan tulis. Misalnya "Fotosintesis". Berikutnya guru meminta siswa menyebutkan atau menuliskan konsep-konsep yang relevan (berhubungan) dengan konsep fotosintesis dan membuat hubungan antara konsep fotosintesis dengan konsep yang disebut (ditulisnya) tadi. Seberapa pengetahuan awal yang dimiliki siswa dapat terlihat sewaktu mereka bersama-sama membuat peta konsep di papan tulis. Cara lain misalnya dengan memberikan sebuah peta konsep yang hanya berisi konsep utama, sementara itu siswa harus mengisi kotak-kotak kosong yang telah disediakan pada peta konsep itu dengan konsep yang relevan.Seberapa banyak kotak kosong pada peta konsep yang tidak lengkap itu dapat diisi oleh siswa, adalah indikasi seberapa pengetahuan awal yang mereka miliki.

    Demikian tulisan tentang cara-cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur atau mengetahui kemampuan awal/pengetahuan awal/prior knowledge siswa dari blog ptk dan model pembelajaran. Semoga bermanfaat.




    Baca Selengkapnya

    Sabtu, 28 Juli 2012

    Memahami Teori Kognitif

    Teori Kognitif Piaget dan Vygotsky

    Tulisan tentang memahami teori belajar kognitif ini dibuat untuk melengkapi tulisan sebelumnya yang berjudul Perbedaan berbagai teori Belajar. Tujuannya adalah agar pemahaman kita (guru) tentang berbagai teori-teori belajar dan perbedaan setiap teori-teori tersebut semakin baik.

    Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang disusun berdasarkan proses-proses berpikir seseorang yang terjadi di belakang peilaku seseorang. Perubahan perilaku seseorang dapat diamatidan digunakan sebagai penanda tentang apa yang terjadi pada pikiran (otak) orang tersebut.

    Tentang Teori Kognitif

    Tokoh-tokoh yang melahirkan teori belajar kognitif adalah Jean Piaget dan Lev Vygotski. Menurut teori belajar ini, semua gagasan dan citraan (image)seseorang diwakili oleh suatu struktur mental yang disebut skema. Struktur mental yang disebut skema ini akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima seseorang dipahami. Ada dua kemungkinan yang terjadi: (1) bila informasi yang diterima sesuai dengan skema yang telah dimiliki, maka informasi itu dapat diterima dan diserap; (2) bila informasi yang diterima tidak sesuai dengan skema yang telah dimiliki, maka hal yang terjadi adalah, informasi tersebut ditolak, atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau bisa juga skema yang telah ada diubah dan disesuaikan dengan informasi tsb.

    Teori belajar kognitif juga menyatakan bahwa proses belajar seseorang melibatkan penggabungan-penggabungan (associations), yang dibagun melalui keterkaitan atau pengulangan. Sehingga para ahli teori belajar kognitif juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement). Mereka menekankan pentingnya pemberian umpan balik (balikan/feedback) kepada tanggapan-tanggapan yang benar dari pebelajar sebagai bentuk pendorong (motivasi).
    teori belajar kognitif
    Teori Belajar Kognitif
    Sebenarnya teori kognitif menerima sebagian ide teori belajar behavioristik (perubahan tingkah laku). Walaupun demikian, menurut teori kognitif, belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali skema (struktur kognitif) yang merupakan tempat seseorang memproses dan menyimpan informasi.

    Poin Kunci Teori Kognitif

    Untuk lebih jelas, perhatikan beberapa poin kunci teori belajar kognitif berikut ini:
    • Semua gagasan dan citraan (image) diwakili dalam struktur kognitif yang disebut skema.
    • Jika informasi sesuai dengan skema yang sudah ada, maka informasi akan diterima.
    • Jika informasi tidak sesuai skema yang sudah ada, maka informasi diubah/disesuaikan, atau skema diubah/disesuaikan.
    • Belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif.
    Terima kasih telah membaca artikel Memahami Teori Kognitif dari blog Penelitian Tindakan Kelas. Semoga bermanfaat.
    Baca Selengkapnya