Jumat, 17 Februari 2012

Laporan Penelitian: Peranan Lesson Study

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

PERANAN “LESSON STUDY” DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU

Ari Widodo, Unang Sumarno, Mimin Nurjhani, dan Riandi
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI BandungJl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154

Abstract: The study analyzes the impact of “Lesson Study”-based school experience program on the improvement of preservice teachers’ teaching competencies. Unlike the usual school experience program, the “Lesson Study”-based school experience program required the preservice teachers to follow steps of “Lesson Study”, i.e. plan, do, and see. For the purpose of the study, lessons taught by the preservice teachers’ are fully documented using a video camera. In addition, a students’ questionnaire was also administrated to collect data on classroom emotional climate. Analysis of the videos find that the pre-service teachers’ can perform most indicators of teachers teaching competencies. The utilization of teaching resources, however, is still limited. Analyzes of the questionnare show that classroom emotional climate is quite good. The findings suggest that the preservice teachers’ participated in “Lesson Study”-based school experience still shown some weaknesses in their teaching. During the reflection sessions, however, the pre-service teachers admitted that “Lesson Study” based school experience program provided them with meaningful insights on how to improve their teaching competencies.

Keywords: Lesson Study, preservice teacher, teaching competencies, classroom  emotional climate


Pendahuluan

Sejak tahun 2005 FPMIPA UPI dan JICA melakukan suatu program peningkatan kualitas pembelajaran melalui kerjasama kolaboratif dengan beberapa sekolah yang dikenal dengan nama “Lesson Study”. Mulai tahun 2006 FPMIPA UPI bahkan telah menetapkan bahwa Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa FPMIPA dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip “Lesson Study”. Karena itu menarik untuk dikaji bagaimana peningkatan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru yang mengikuti program “Lesson Study”ini.

“Lesson Study” sesungguhnya bukanlah pro-gram baru sebab sesungguhnya program kerjasa
ma peningkatan pembelajaran ini merupakan ke-lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang disebut “Piloting”. “Lesson Study” merupakan sebuah adaptasi program peningkatan kualitas pembela-jaran yang dilakukan di Jepang. “Lesson Study” dinilai sebagai rahasia keberhasilan Jepang dalam peningkatan kualitas pendidikannya (Stigler & Hiebert, 1999:109). Prinsip utama “Lesson Study” adalah peningkatan kualitas pembelajaran pembe-lajaran secara bertahap dengan cara belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Dalam “Lesson Study” bukan hanya guru yang melaksanakan pembelajaran saja yang dapat memetik manfaat, namun terlebih lagi observer yang hadir pada saat pembelajaran. Dengan mengamati
kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru, observer didorong untuk merefleksikan pembelajaran yang dilaksanakannya dan serta memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas-nya. Oleh karena itu “Lesson Study” sesung-guhnya merupakan forum belajar bersama untuk saling belajar dari pengalaman guna mening-katkan kualitas pembelajaran.

Pentingnya pengalaman “belajar dari orang lain” dan pengalaman nyata bagaimana orang lain melakukan pembelajaran sudah sering diungkap-kan dalam berbagai literatur. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru sulit sekali berubah (Davis, 2003:27) dan bahwa mahasiswa calon guru lebih banyak belajar dari bagaimana mereka diajar oleh para dosennya dan bukan dari apa yang dipaparkan dosen tentang cara mengajar yang baik (Mellado, 1998:210). Karena “Lesson Study” merupakan sumber contoh-contoh nyata tentang bagaimana melakukan pembela-jaran, partisipasi sebagai observer dalam “Lesson Study” atau mengamati rekaman video Lesson Stu-dy dapat digunakan untuk meningkatkan kemam-puan mengajar guru dan mahasiswa calon guru.

Salah satu kegiatan kerjasama antara FPMIPA UPI dan JICA adalah pelaksanaan “Pi-loting” yang dimaksudkan untuk mengem-bangkan dan mengujicobakan model-model pem-belajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar MIPA di SMA dan SMP di Indonesia. Kegiatan Piloting sesungguhnya merupakan langkah “persiapan” untuk mulai menjalin kerjasama antara FPMIPA UPI dan sekolah serta sebagai latihan untuk melaksanakan program-program peningkatan kualitas pembe-lajaran di sekolah yang melibatkan perguruan ting-gi dan sekolah. Sekalipun program Piloting hanya dilaksanakan secara terbatas, program ini dinilai dapat meningkatkan suasana pembelajaran men-jadi lebih kondusif, misalnya adanya penerapan pendekatan-pendekatan yang berpusat pada siswa (Rustaman, Widodo, Anggraeni & Junaeng-sih, 2005:12; Saito, 2004:10) dan peningkatan kete-rampilan proses siswa (Rustaman et. al., 2005:11).
Setelah Piloting yang merupakan kegiatan pendahuluan dinilai sukses, maka dimulailah program yang sesungguhnya yang disebut “Lesson Study”. “Lesson Study” merupakan program peningkatan kualitas pembelajaran ala Jepang yang dinilai menjadi kunci keberhasilan Jepang dalam peningkatan kualitas pendidikan (Stigler & Hiebert, 1999:109). Partisipasi dalam “Lesson Study” bukanlah hanya bermanfaat bagi siswa namun juga bagi pengembangan profe-sionalisme guru yang bersangkutan. Oleh karena itu “Lesson Study” bisa dijadikan alternatif terhadap program pelatihan guru yang telah ada. Menurut Hinduan (2005:8) program pendidikan dalam jabatan (in-service training) dan program pendidikan pra jabatan (pre-service training) yang telah ada memisahkan metode mengajar dengan materi. Pembahasan tentang metode biasanya kurang disertai dengan contoh nyata dan latihan sedangkan materi pelajaran yang dibahas sangat akademis dan lepas dari konteks pem-belajaran. Kondisi ini menyebabkan guru/calon guru kesulitan dalam menerapkan apa yang diperolehnya dalam pendidikan/pelatihan. Oleh karena itu beliau menyatakan perlunya pelatihan guru/calon guru yang baru.

Salah satu keterampilan penting yang perlu dimiliki guru adalah keterampilan membuka pela-jaran. Membuka pelajaran seringkali diartikan se-bagai sejumlah kegiatan saat guru memasuki ruang kelas. Biasanya guru mengucapkan salam, mengi-si daftar hadir, kemudian menyebutkan judul to-pik yang akan dibahas hari itu. Sebenarnya haki-kat kegiatan membuka pelajaran adalah mencipta-kan suasana agar siswa siap belajar dan memusat-kan perhatian siswa pada apa yang akan dipela-jari. Jadi sebenarnya kegiatan membuka pelajaran lebih cenderung pada kegiatan yang bervariasi, memerlukan ide yang kreatif, dan selalu berubah sesuai dengan karakter siswa yang dihadai dan karakter materi pelajaran yang akan dibahas. Ke-giatan membuka pelajaran mempunyai beberapa komponen yaitu: menarik perhatian siswa, mem-berikan motivasi, memberikan acuan, membuat... Baca langsung dari sumber aslinya.

0 komentar:

Posting Komentar