Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).
MODEL PENDIDIKAN BERWAWASAN KEBANGSAAN BAGI ANAK USIA DINI SEBAGAI SARANA INTEGRASI BANGSA
L. Andriani Purwastuti, Ariefa Efianingrum
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
The aim of this research was to develop a model of civics education for early childhood as a means of national integration, based on the kindergarten curriculum and early childhood psychology. The curriculum
has been designed by using local material especially coastal area potentials. The syudy was conducted by using the research and development approach/design. Data collection was done by a survey procedure in 14 kindergartens in Yogyakarta Province; namely 5 kindergartens from Kulonprogo District, 4 kindergartens from Bantul District, and 5 kindergartens from Gunungkidul District. Initial results indicated that the curriculum that is currently used in kindergarten is the Competency-based Curriculum (CBC). Several teachers reported a lack in the educative plays at school. Teachers reported their realization that the local potentials as natural resources at the coastal area have not been used optimallty. Civic education in in the curriculum was limited to integration in the “Tanah Air” theme. This study was able to develop a civic eduvation model with the integrative thema of Daily Scenario (SKH) for early childhood education. The study resulted in 3 books: 1) Integrative-Thematic Learning Design, 2) Integrative Thematic Learning
Guidance, and 3) Resources Plays for Thematic Integrative Learning by Using Natural Resources and Local Material. The books were reviewed and validated by experts in early childhood education and experts in
teaching-learning media.
Key words: learning model, civics education, early childhood education, local content, coastal area
Pendahuluan
Berdasarkan sudut pandang medis-neurologis, psikososiokultural, dan edukatif, pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal yang sangat esensial.PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anaksehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Perkembangan anak usia dini telah memberikan berbagai informasi mengenai masa kanak-kanak sebagai salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik tersendiri. Pendidikan yang berorientasi kepada perkembangan memungkinkan pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak usia dini dan merangsang keingintahuan mereka. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa supaya tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain (Suyanto, 2005:2).
Anak usia dini (early childhood) yang bnerusia antara 0-8 tahun merupakan usia emas (golden age) sehingga mereka sangat tepat jika dijadikan komunitas awal pembentukan karakter bangsa. Para ahli menyimpulkan bahwa keberhasilan pada masa ini akan menentukan masa depan anak itu sendiri. Implikasinya, keberhasilan
ini tentunya akan berdampak pada masa depan bangsa.
Pendidikan berwawasan kebangsaan pada anak usia dini diharapkan dapat mempersiapkan mereka kelak sebagai manusia-manusia yang mempunyai identitas di dalam masyarakat lokalnya sekaligus mempunyai visi global untuk membangun dunia bersama dalam budaya global. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah pendidikan wawasan kebangsaan dapat diberikan untuk anak usia dini?
Bruner menyatakan bahwa setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Pada anak usia dini, kunci cara-cara yang paling sesuai adalah merlalui berbagai permainan. Permainan merupakan kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Permainan anak sebenarnya mengacu pada kebersamaan, gotong royong, berteman, dan mengurangi rasa egois anak. Kemunculannya akan tampak pada saat mereka bermain yang selalu memerlukan “partner”, walaupun dalam partner tersebut bisa jadi mereka bersaing. Lebih-lebih pada permainan tradisional, sifat kebersamaan ini menjadi sesuatu yang paling diutamakan. Tanpa kebersamaan, permainan tradisional tidak akan pernah terjadi. Berbeda halnya dengan permainan dalam bentuk digital yang lebih bersifat individu, seperti play station. Mereka cukup sendirian berhadapan dengan komputer atau sejenisnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alat permainan yang mampu membangun “pertemanan”, di antara anak-anak sehingga proses humanisasi anak-anak terbangun dengan baik dan sekaligus juga sebagai proses pengembangan wawasan kebangsaan.
Pendidikan wawasan kebangsaan bagi anak usia dini saat ini mendapat saingan yang berat, yakni berupa alat permainan yang datangnya dari negara lain. Anak-anak selama ini bermain dengan robot, boneka-boneka bule, dan rumah bergaya Eropa. Akibatnya, ia akan membangun konsep diri tentang robot, manusia, dan rumah dari alat permainan tersebut. Tanpa disadari, ia menjadi mengidentifikasi diri derngan pahlawan-pahlawan robot dari luar, orang bule dan rumah bergaya Eropa. Anak yang suka mainan Spiderman, Spongebob, atau Barbie akan mengoleksi dan menggunakan............Baca selengkapnya makalah ini dari sumber aslinya.
MODEL PENDIDIKAN BERWAWASAN KEBANGSAAN BAGI ANAK USIA DINI SEBAGAI SARANA INTEGRASI BANGSA
L. Andriani Purwastuti, Ariefa Efianingrum
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
The aim of this research was to develop a model of civics education for early childhood as a means of national integration, based on the kindergarten curriculum and early childhood psychology. The curriculum
has been designed by using local material especially coastal area potentials. The syudy was conducted by using the research and development approach/design. Data collection was done by a survey procedure in 14 kindergartens in Yogyakarta Province; namely 5 kindergartens from Kulonprogo District, 4 kindergartens from Bantul District, and 5 kindergartens from Gunungkidul District. Initial results indicated that the curriculum that is currently used in kindergarten is the Competency-based Curriculum (CBC). Several teachers reported a lack in the educative plays at school. Teachers reported their realization that the local potentials as natural resources at the coastal area have not been used optimallty. Civic education in in the curriculum was limited to integration in the “Tanah Air” theme. This study was able to develop a civic eduvation model with the integrative thema of Daily Scenario (SKH) for early childhood education. The study resulted in 3 books: 1) Integrative-Thematic Learning Design, 2) Integrative Thematic Learning
Guidance, and 3) Resources Plays for Thematic Integrative Learning by Using Natural Resources and Local Material. The books were reviewed and validated by experts in early childhood education and experts in
teaching-learning media.
Key words: learning model, civics education, early childhood education, local content, coastal area
Pendahuluan
Berdasarkan sudut pandang medis-neurologis, psikososiokultural, dan edukatif, pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal yang sangat esensial.PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anaksehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Perkembangan anak usia dini telah memberikan berbagai informasi mengenai masa kanak-kanak sebagai salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik tersendiri. Pendidikan yang berorientasi kepada perkembangan memungkinkan pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak usia dini dan merangsang keingintahuan mereka. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa supaya tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain (Suyanto, 2005:2).
Anak usia dini (early childhood) yang bnerusia antara 0-8 tahun merupakan usia emas (golden age) sehingga mereka sangat tepat jika dijadikan komunitas awal pembentukan karakter bangsa. Para ahli menyimpulkan bahwa keberhasilan pada masa ini akan menentukan masa depan anak itu sendiri. Implikasinya, keberhasilan
ini tentunya akan berdampak pada masa depan bangsa.
Pendidikan berwawasan kebangsaan pada anak usia dini diharapkan dapat mempersiapkan mereka kelak sebagai manusia-manusia yang mempunyai identitas di dalam masyarakat lokalnya sekaligus mempunyai visi global untuk membangun dunia bersama dalam budaya global. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah pendidikan wawasan kebangsaan dapat diberikan untuk anak usia dini?
Bruner menyatakan bahwa setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Pada anak usia dini, kunci cara-cara yang paling sesuai adalah merlalui berbagai permainan. Permainan merupakan kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Permainan anak sebenarnya mengacu pada kebersamaan, gotong royong, berteman, dan mengurangi rasa egois anak. Kemunculannya akan tampak pada saat mereka bermain yang selalu memerlukan “partner”, walaupun dalam partner tersebut bisa jadi mereka bersaing. Lebih-lebih pada permainan tradisional, sifat kebersamaan ini menjadi sesuatu yang paling diutamakan. Tanpa kebersamaan, permainan tradisional tidak akan pernah terjadi. Berbeda halnya dengan permainan dalam bentuk digital yang lebih bersifat individu, seperti play station. Mereka cukup sendirian berhadapan dengan komputer atau sejenisnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alat permainan yang mampu membangun “pertemanan”, di antara anak-anak sehingga proses humanisasi anak-anak terbangun dengan baik dan sekaligus juga sebagai proses pengembangan wawasan kebangsaan.
Pendidikan wawasan kebangsaan bagi anak usia dini saat ini mendapat saingan yang berat, yakni berupa alat permainan yang datangnya dari negara lain. Anak-anak selama ini bermain dengan robot, boneka-boneka bule, dan rumah bergaya Eropa. Akibatnya, ia akan membangun konsep diri tentang robot, manusia, dan rumah dari alat permainan tersebut. Tanpa disadari, ia menjadi mengidentifikasi diri derngan pahlawan-pahlawan robot dari luar, orang bule dan rumah bergaya Eropa. Anak yang suka mainan Spiderman, Spongebob, atau Barbie akan mengoleksi dan menggunakan............Baca selengkapnya makalah ini dari sumber aslinya.
0 komentar:
Posting Komentar