Jumat, 06 Maret 2009

Pengertian Portofolio

Pengertian Portofolio

Muhammad Faiq Dzaki

Dalam Kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadily, 1996: 439), portofolio diartikan sebagai tas surat dan jabatan (menteri). Sedangkan dalam The Contemporary Dictionary (Salim, 1996: 1453) diartikan sebagai tas surat, daftar stock, surat berharga dan jabatan menteri. Arti kamus di atas belum jelas jika dikaitkan dengan pembelajaran. Oleh karena. itu, berikut akan dijelaskan pengertian portofolio berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam bidang pendidikan.

Johnson dan Johnson (2002: 103) mendefinisikan a portfolio is an organized collection of evidence accumidated over time on a student's or group's academic progress, achievements, skills, and attitudes. It consists of work samples and awritten rationale connecting the separate items into more complete and holistic view of the student’s achievements or progres toward learning goals.
Jadi portofolio merupakan koleksi dari bukti‑bukti kemajuan siswa atau kelompok siswa, bukti prestasi, keterampilan, dan sikap siswa.

Dari kutipan di atas, tergambar bahwa portofolio merupakan koleksi pekerjaan‑pekerjaan siswa. Portofolio menampilkan pekerjaan siswa yang terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatannya. Portofolio dapat menampilkan pekerjaan terdahulu dan pekerjaan terbaru sehingga mengilustrasikan kemajuan belajar siswa.

Selain pendapat di atas, Airasian (dalam Ratumanan, 2003: 80) juga menjelaskan bahwa portofolio lebih dari sekedar folder penyimpanan hasil karya siswa. Portofolio berisi sampel terpilih dari karya siswa untuk memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan siswa dalam mencapai tujuan kurikulum tertentu.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa portofolio adalah kumpulan karya siswa. Istilah ini diambil dari portofolio seniman, yaitu kumpulan karya seniman yang dirancang untuk dapat memperlihatkan gaya dan kemampuannya. Pada pemakaian di kelas tujuan dasarnya sama, yaitu untuk mengumpulkan serangkaian penampilan atau karya murid guna memperlihatkan pencapaian atau perbaikan murid dari waktu ke waktu. Portofolio lebih dari sekedar map penyimpan hasil karya siswa. Portofolio berisi sampel terpilih dari karya siswa untuk memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan siswa dalam mencapai tujuan kurikulum tertentu.

Dari beberapa pengertian yang diberikan di atas, maka portofolio siswa dapat diartikan sebagai dokumen‑dokumen dari pekerjaan siswa. Isi dari portofolio akan menjadi perhatian utama bagi guru dalam program pengajarannya. Meskipun istilah portofolio relatif baru bagi kita dan diakui oleh ahli-­ahli pendidikan masih baru dalam penerapan di bidang pendidikan, tetapi bukan berarti bahwa penggunaan portofolio atau metode yang serupa sama sekali tidak pernah dilaksanakan oleh guru‑guru di Indonesia. Sebagai contoh yang dialami oleh peneliti ketika SMA, setiap siswa diwajibkan memiliki buku kokurikuler IPA sebagai tempat menyelesaikan PR dan tugas‑tugas di kelas. Buku tersebut dikumpulkan dan diperiksa oleh guru dan setelah direvisi, dibagikan kepada siswa.
Baca Selengkapnya

Kamis, 05 Maret 2009

Sekilas Meninjau Model Pembelajaran Koperatif

Sekilas Meninjau Model Pembelajaran Koperatif

Muhammad Faiq Dzaki

Model pembelajaran kooperatif adalah sekelompok strategi mengajar di mana di dalamnya melibatkan siswa untuk bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tercipta saat para pakar pendidikan berusaha meningkatkan partisipasi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan dalam kelompok, dan pengalaman membuat keputusan secara bersama, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan saling belajar dalam perbedaan latar belakang baik sosial, ekonomi, kultural, gender, maupun kemampuan.

Di dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang mana hal ini akan membuat mereka bisa mengembangkan keterampilan sosial sebagaimana yang terjadi di dunia nyata.

Ada banyak sekali jenis atau tipe pembelajaran kooperatif, misalnya tipe STAD (Student Teams Achievement Development), TPS (Think-Pairs-Share), Jigsaw, TGT (Teams Games Tournaments), Group Investigation, dll.

Semua tipe pembelajaran kooperatif di atas mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama mempunyai tiga (3) komponen esensial berikut: (1) tujuan-tujuan kelompok; (2) akuntabilitas individual; dan (3) kesempatan untuk sukses yang sama.
Baca Selengkapnya

Model Pembelajaran Kooperatif – Tiga Komponen/Elemen Esensial

Model Pembelajaran Kooperatif – Tiga Komponen/Elemen Esensial

Muhammad Faiq Dzaki

Tujuan-Tujuan Kelompok
Model pembelajaran kooperatif mendapat nama demikian dari para pakar pendidikan karena pada faktanya siswa-siswa ditempatkan dalam sebuah situasi belajar yang meminta mereka untuk bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Tujuan-tujuan kelompok ini memiliki keuntungan bagi pembelajaran karena dapat memicu proses belajar dan sekaligus memberikan motivasi kepada mereka.

Secara umum pembelajaran di kelas dapat dibagi tiga (3) berdasarkan macam struktur tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) kelas kompetitif tradisional, tujuan pembelajaran berbasiskan individual. Hal ini sebenarnya dapat membuat beberapa siswa menjadi frustasi. Ini terjadi saat guru merangking siswa dalam kurva hasil pembelajaran dan siswa berkompetisi satu sama lain untuk memperoleh rangking terbaik. Keberhasilan seorang siswa berarti kegagalan bagi siswa yang lainnya; (2) kelas individualistik, di mana usaha masing-masing siswa tidak mempunyai pengaruh pada siswa yang lainnya. Mereka bekerja sendiri-sendiri dan hasil yang diperoleh mereka juga sendiri-sendiri tanpa diperbadingkan dalam bentuk kurva atau rangking oleh guru; (3) kelas kooperatif, tujuan pemebalajaran yang berhasil diraih oleh seorang siswa memberi kontribusi pada kelompoknya. Tapi dalam kelas ini, walaupun performa siswa secara individual penting, performa kelompok jauh lebih penting. Tujuan-tujuan kelompok yang akan dicapai dalam sebuah model pembelajaran kooperatif adalah insentif-insentif yang dapat menciptakan semangat kelompok dan mengobarkan rasa kebersamaan siswa untuk saling bantu-membantu dalam pembelajaran.

Akuntabilitas Individual
Meskipun telah disebutkan di atas bahwa tujuan-tujuan kelompok amat penting, proses belajar secara individual tetaplah penting. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat apa yang disebut akuntabilitas individual. Akuntabilitas individual adalah suatu konsep dimana setiap anggota kelompok wajib menguasai atau dapat mendemonstrasikan sebuah materi pembelajaran atau keterampilan yang telah diajarkan.

Kesempatan yang Sama untuk Sukses
Tujuan-tujuan kelompok diharapkan akan membentuk kekompakan kelompok, kohesif. Sementara itu akuntabilitas secara individual menjamin bahwa seluruh anggota kelompok akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga tak merugikan kelompoknya. Kesamaan kesempatan untuk meraih sukses adalah komponen esensial ketiga untuk kesuksesan dalam menggenjot pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Melalui elemen yang ketiga ini diharapkan semua siswa akan termotivasi untuk berprestasi. Komponen/elemen ini sangat penting pada keadaan kelas yang mempunyai siswa dengan kemampuan beragam. Kesempatan yang sama untuk sukses bermakna bahwa semua siswa, apapun, bagaimanapun latar belakang atau kemampuannya dapat sukses dalam pembelajan ini karena semuanya didasarkan pada upaya belajar. Jadi pada hakikatnya, pembelajaran lebih berfokus pada upaya belajar setiap siswa dalam kelompok-kelompok dan peningkatan hasil belajar mereka sendiri. Bukan membandingkan upaya belajar masing-masing siswa dengan siswa-siswa lain.
Baca Selengkapnya

Model Pebelajaran Induktif – Perspektif Teoritis

Model Pebelajaran Induktif – Perspektif Teoritis

Muhammad Faiq Dzaki

Esensi model pembelajaran induktif jika dilihat dari perspektif guru adalah suatu proses memberikan presentasi kepada siswa tentang contoh-contoh/ilustrasi-ilustrasi topik yang akan dipelajari siswa, lalu kemudian membimbing siswa dalam berpikir sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Esensi model pembelajaran induktif jika dilihat dari perspektif siswa adalah sebuah kegiatan belajar merupakan proses untuk menganalisis contoh-contoh/ilustrasi-ilustrasi topik yang diberikan guru untuk menemukan elemen/pola penting tertentu, serta menemukan makna di dalamnya untuk membangun pengetahuan.

Model pembelajaran induktif ini disandarkan pada prinsip kontruktivisme, yaitu sebuah pandangan tentang belajar yang mengatakan bahwa pebelajar/siswa harus membangun sendiri pemahamannya mengenai sesuatu, daripada/dibanding memperolehnya melalui transfer oleh seseorang (dalam hal ini biasanya guru) dalam bentuk yang telah terorganisasi dengan baik. Konstruktivisme yang dikembangkan oleh seorang peneliti terkenal dari Swiss, Jean Piaget, menempatkan siswa/pebelajar sebagai pusat pembelajaran.
Baca Selengkapnya

Rabu, 04 Maret 2009

Model Pembelajaran Induktif – Struktur Sosial dan Peran Guru

Model Pembelajaran Induktif – Struktur Sosial dan Peran Guru

Muhammad Faiq Dzaki

Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.

Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar. Model ini secara otomatis bila digenjot dengan baik oleh guru, juga akan meningkatkan motivasi belajar siswa., dengan catatan, guru dapat menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif dan siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya.

Struktur Sosial dalam Pembelajaran
Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar.

Peran Guru dalam Model Pembelajaran Induktif
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga harusmenjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa-siswanya.

Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap contoh/ilustrasi yang diberikan.
Baca Selengkapnya

Selasa, 03 Maret 2009

Motivasi Belajar Intrinsik dan Motivasi Belajar Ekstrinsik

Motivasi Belajar Intrinsik dan Motivasi Belajar Ekstrinsik

Muhammad Faiq Dzaki

Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.

Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang. Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (1987), motivasi belajar ada 2 yaitu:

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut.

Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakat yang lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
Baca Selengkapnya

Unsur-unsur Dasar Model pembelajaran kooperatif


Muhammad Faiq Dzaki

Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut :

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Baca Selengkapnya