Minggu, 09 September 2012

Discovery Learning - Model Pembelajaran Kognitif



discovery learning - model pembelajaran kognitif
Jerome Brunner tokoh Teori Kognitif

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Sudah banyak model-model pembelajaran yang dibahas dalam blog sederhana penelitian tindakan kelas ini. Walaupun demikian, karena begitu luas dan banyaknya model-model pembelajaran beserta teori-teori belajar yang melandasinya, masih banyak pula model pembelajaran yang belum terulas. Kali ini blog penelitian tindakan kelas ini akan mencoba memberikan uraian umum tentangf model pembelajaran penemuan (discovery learning) yang dirancang oleh Jerome Brunner. Mudah-mudahan pada tulisan selanjutnya, tulisan mengenai pembelajaran penemuan ini akan dilengkapi dan mengkaji pembelajaran penemuan secara lebih mendalam hingga ke sintaks (langkah-langkah) dan cara menerapkannya di dalam kelas anda.

Beberapa model pembelajaran sesuai dengan teori-teori pembelajaran kognitif. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran penemuan (discovery learning)yang dirancang oleh Jerome Brunner. Jerome Brunner pertama kali meneliti tentang proses berpikir pada tahun 1956. Penelitian Brunner berkutat pada pentingnya pemahaman terhadap struktur  materi pelajaran, pentingnya belajar aktif sebagai dasar pemahaman, dan pen tingnya penalaran induktif dalam belajar.

Model pembelajaran penemuan dalam penerapannya memerlukan proses berpikir secara intuitif pada diri siswa. Brunner menyarankan, bahwa guru dapat memperoleh efek ini (berpikir secara intuitif) dengan mengajak siswa menebak secara sistematis. Misalnya, setelah siswa belajar mengenai arus samudera dan industri perkapalan, siswa dapat ditunjukkan peta tua dari 3 pelabuhan dan ditanyai manakah dari ketiga pelabuhan itu yang sebenarnya merupakan pelabuhan utama (paling ramai). Selanjutnya siswa dapat mengecek tebakannya tersebut melalui riset yang sistematis.

Perlu dicatat bahwa pada pembelajaran penemuan sebagaimana yang dimaksud oleh Brunner, seorang guru harus mengorganisasikan kelas sehingga memungkinkan semua siswa terlibat secara aktif. Pembelajaran penemuan tak dibimbing (unguided discovery) sangat cocok untuk anak prasekolah, tetapi pada anak sekolah dasar dan SMP, pembelajaran penemuan tak dibimbing ini, di mana aktivitas siswa tidak dibimbing, terbukti tak termanajemen dan tidak produktif. Karena itulah, lebih disarankan untuk menggunakan penemuan terbimbing (guided discovery learning) pada mereka.

Pada pembelajaran penemuan tak dibimbing (unguided discovery), siswa bekerja dan belajar dengan bebas berdasarkan kehendak dan pemikiran mereka sendiri, sementara pada pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery), yang merupakan adaptasi dari belajar penemuan, guru memberikan arahan-arahan kegiatan apa yang harus dilakukan oleh siswa dan bagaimana mereka seharusnya melakukannya untuk menemukan atau memperoleh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Baca Selengkapnya